Jumat, 27 September 2013

LUMPUR (Puisi Iverdixon Tinungki)



kau sisihkan ke dalam sajakku seonggok lumpur
dari bukit tercabik, hutan berkabung

ia mengubur  cahaya sepotong bulan
di tangan para pendulum
gagal membentuk lempung
jadi guci abu leluhur berkumpul

--malam pun begitu murung--
suarasuara burung hantu
memamah bulan yang bingung
menakik cahaya di hati masih unggun


ke atas sungaisungai berwarna bata
wajahwajah leluhur berserak
bersama tumpukkan sampah
melimbah di atas jalan sejarah
kisahkisah bencana

seorang anak memungut remah tanah
menjadi ladang buatnya membajak masa depan
tumbuh bayangbayang suram
dengan buah air mata begitu pahit
jatuh menyentuh lidahnya

perempuanperempuan menampung keringat
di malam buta, sekadar membasuh citacita
luka mengangah di liang rahimnya
mencemasi nasib anak nanti dilahirkannya
akan terbawa lumpur  kini meluap hingga
ke dalam doa dan khotbahkhotbah

lumpur merembesi seluruh tubuh sajak ini
membawa semua bunyi tangisan
gemuruh hati runtuh
gelombang suara terbebat
jadi katakata bisu
dalam buncangan bah
berderu dan pecah

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar