Kamis, 12 September 2013

SEBUAH SENJA DI BOULEVARD (puisi Iverdixon Tinungki)



matahari yang tiada letih menjinakkan air mata
tumpah menerakan warna terkekal dari rahimnya
ke sebuah kota dengan menaramenara mall
bayangan orangorang remuk, melumut
di semua rimpang sebentar hilang ditapis kebisingan

ketika mobilmobil menyerbu bagai lebah
pejalan kaki menyingkir menyelamatkan nafasnya
dari sesak kota yang tak lagi menghitung
langkahlangkah manusia


bebatu, para pemancing membuang beribu detik ke laut
tak lagi ingin menakar ramburambu tumbuh
dalam hasrat dan kemustahilan diriuh gejolak orangorang
bergerak tanpa kata, tanpa arti, di bawah bayangbayang dunia
semua taklid pada pemandangan asing ditakjubkan itu
lampulampu berderet surupa alis abad menawarkan iklan
kepada wajahwajah ketakutan menyusuri boulevard
dengan etalaseetalase sihirnya

beberapa anak peminta menengok dengan bingung
seolah merasa telah berjalan di berbagai tempat di muka bumi
tapi tak menemukan rumah mengajaknya berbaring

orangorang berseragam adalah para profesional salesman
akan berkumpul di sebuah kedai menyerup kopi
mentertawai diri selalu kalah membagi waktu
antara untung dan mati

di senja ini apakah masih ada yang menyadari
bagaimana sebuah pena akan menjadi menakutkan
di tangan para pengambil keputusan
serupa senapang terkokang persis di jidat
kaumkaum yang selalu dienyahkan

ada getar hebat pada kerumunan
tibatiba jadi gelanggang adu cepat itu
semua melesat mengabaikan senja
begitu sabar membaringkan hari

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar