Jumat, 27 September 2013

MANADO (Puisi Iverdixon Tinungki)



ketika Simao d’Abreu di tahun 1523 menjumpai sebuah kota
moyang kita telah menetas pulau ke atas  punggung burungburung
yang ribuan tahun menerbangkan kesunyiannya ke didih gelombang
ke ribaan saman di sejengkal laut  dengan mitosmitos naga

sejak itu perahuperahu tiba dalam bau kopi dan kisah sutera
juga Sharif Makdon lelaki bersorban menabur kalam
ke atas petapeta pelayaran
adzan menggema dengan takbirtakbir indah
ke tubuhtubuh sejarah yang setiap incinya teralas sejadah


dari barat Pedro Alfonso mengirim tiga kapal layar
mensitir mata lahar sejarah itu, menampilkan sinar baru
di atas pucukpucuk ilalang dan bungabunga rempah
mekar sepanjang musim mengharumi lembah, laut
dan mantramantra abad dengan segala epiknya

binatangbinatang kecil berupa sisi dari kisah purba
membentuk  ayunan di lapislapis angin
dalam jalur pelayaran yang kian ramai
kian kemari, kian ke sini, ke pesisir
ke hutanhutan dipenuhi lebah madu
getah pepohon yang diburu pada pelayaran
pada pertempuran

kapalkapal asing, pedagang cina
hingga Peter Diego de Magelhaes mencelupkan jejari
ke kali jengki memurnikan kepala rajaraja dengan  air suci
dari kisah pasang dan surut musimmusim
yang  juga tibatiba menyulut api peperangan

api tumpah ke dalam kota
ke dalam guciguci sejarah yang pecah
ketika graafland menulis parasparas murung
legenda burungburung di hutan keramat
orangorang sangir yang jadi penduduk pertama
para Walian dan misionari
mentengkarkan panenan gagal dalam murka dewa
hingga terbunuhnya Pater Lorenzo Garalda
di kitab tua injil yang terengah
menabur biji sesawi ke kedalaman hati manusia

air  mata jatuh dari langit ke atapatap kisah itu
meresidu keperkasaan pedang sakti Danangbala
yang perkasa merakit perang demi perang
untuk sesuatu yang samar di matanya
dahulu, kini, dan selamanya
kemulian yang tumbuh di anyir darah

sebuah benteng spanyol berdiri di pesisir kota
dibangun dari kayukayu balok
jadi sengketa Spanyol – Belanda
di tubir laut Sulawesi, diperlintasan
benderabendera kerajaan se nusantara

dengan dua kapal perang Molucco dan Diamant
meruntuhkan Spanyol di tahun 1661
De Nederlandsche Vastigheit jatuh
Ford Amsterdam tumbuh di bawah kisah yang juga runtuh itu

kini tumbuh lagi kisah baru, bentengbenteng yang lebih kukuh
mengisi seksi boulevard dengan menaramenara asing
yang tak kita kenal, bersama legenda penyamunan yang dilegal

sebagaimana sejarahnya kota ini pernah diserang gerombolan kera
seperti VOC menguasainya dalam ratusan tahun yang kalah
ternyata dibutuhkan epik lebih perkasa di ujung sebuah pena
sebab dalam kata merdeka pun penjajah punya beribu wajah

2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar