Kamis, 12 September 2013

PERJALANAN (puisi Iverdixon Tinungki)



ada sebuah tempat tak dapat aku lupakan
sebuah nama tak dapat aku hapuskan
terus kupertaruhkan  hingga akhir perjalanan

selalu saja ada juga bertanya
apa kutemukan dalam pendakian
sementara di puncak kini hanya ada kekosongan

 

sebuah tempat, sebuah nama
menjelma kembali di malam tak kusangka
“bibir dan sebutir murbai”

aku melihat keduanya berwarna ungu tua
melepas ceceran manis saat menetas di ujung lidah

kucecap dengan keihklasan dulu
senikmat surga membuka pintu

di puncak langit
semua berwarna putih
seperti seprei pengantin
dilumuri bercak puisi
meleleh hingga ke kaki pagi

aku berjalan lagi
mendaki lagi
sambil berharap
ada malam tak kusangka
“bibir dan sebutir murbai”
menetas manisnya di ujung napas

2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar