Kamis, 12 September 2013

SEPATU 1 (puisi Iverdixon Tinungki)



anak itu  mengimpikan punya sepasang sepatu
tapi sepatu bukan perkara mudah bagi ibunya
ibunya hanya pembersih kebun palawija tetangga

ia berharap ada ayah seperti sahabatsahabatnya
ayah yang selalu membeli sepatu setiap tahun baru tiba
tapi entah siapa ayahnya. Ibunya tak mengisahkannya
ia tak berusaha bertanya
karena bertanya apa gunanya


ia pun menggambar banyak sepatu di bukunya
berwarna biru, coklat, hitam, dan warnawarna lainnya
ia begitu girang setiap kali bisa melukis kembali sepatu
sepatu itu seperti menjelma
dikenakannya setiap kali usai menggambarnya

anak itu girang merayakan sepatu miliknya
setiap petang  ia berlarilari di sepanjang pesisir berpasir
lagi berharihari ia bernyanyi
sambil memandangi sepatu ia sayangi
di gambar yang baru selesai

jejakjejak sepatu, gerisik pasir, bunyi ombak
mampir meramaikan kegirangannya
pulau, rumah gubuknya dipenuhi sorak sorainya

seakan tunai sudah harapannya punya sepasang sepatu
buat mengejar citacita di depan
meski entah sebentuk apa

setiapkali ibunya memandang kegembiraan di mata anaknya
setiap kali pula kesakitan luka menganga di rahimnya

pada pagi hari anak itu begitu gagah
pergi ke sekolah dengan sepatunya
setiap minggu ia mengganti sepatu lama
dengan sepatu baru digambarnya

“ibu tak perlu lagi membeli aku sepatu
aku kini punya banyak sepatu,” kata anak itu

memar lebih biru menyebar ke hati ibu
ia rubuh di subuh di atas bukubuku anaknya
bergambar beribu sepatu
dan satu untuknya

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar