Selasa, 14 Januari 2014

FRAGMEN KEDUA : Selimut Petiduran (PUISI IVERDIXON TINUNGKI)



Anastasia, perempuan meninggalkan biara
karena merasa lebih mulia berada di padang nestapa

sebuah sungai di kota kita mengaliri ruas hati
menyejuki rumputrumput di mana beratus tubuh rebah

“kepadamu yang tidur dalam kedinginan
aku akan memberimu pelukan,”  kata perempuan
dengan seluruh keinginan mendekap kematian

ia bersenandung, menyingkap nyanyian beribu burung, turun
mengurapi kepala, tersungkur di arus kuala


“padaku angin tak akan menjarahmu
kecuali kehangatan kupantul pada udara nafasmu”

--ia pun menari dengan lumpur ditaburkan ke kepalanya—

daundaun palma mendesis di sana
kudakuda berlari  ditunggangi serdadu api
melintasi jalan sebelumnya tak pernah dilalui
menyeberangi cakrawala tak bisa dilihat lagi

seorang anak bertanya: kudakuda itu mau kemana?

“ke tempat di mana kau takkan terpenjara cuaca
karena sejak Abraham,telah kuberi kau pembaringan” jawabnya
sambil merentangkan selimut ke tubuh sang anak
melepas nafas terakhirnya ke senja begitu bisu
di telinganya

“aku mendekap semua keluh kesahmu
seerat serat menjaga petiduranmu,” ujarnya
pada sebuah malam menjelang Minggu

2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar