Selasa, 14 Januari 2014

PUISI-PUISI RELIGIUS KRISTIANI DAN PASKAH (5)

PUISI-PUISI: IVERDIXON TINUNGKI




FRAGMEN 25 : Orakel 51

seperti cuaca
tanpa wujud akhir disiapkan
ia meraut aku.  seraut kenangan

pada kenangan  
aku melintas segala tak dapat diringkas
segala tak dapat dipintas

aku pergi ke kuilkuil katakata tumbuh di tubuh puisi
ada arakarakkan musim kupetik dan kumulai
senja gugur, ladangladang nafsu saling mendebat
menggebu. tak mendetak


daundaun jatuh ke altar batu. sebisu seriuh hatiku
di langit devosi sayapsayap putih melayang di didih buih
menubuatkan pasang surut, jejak kabut, perjalanan burung
air mata, batangbatang cahaya terlanjur luput, terlanjur layu

di pesisir aku lahir ketika pasir tegar menempuri jenuh
berhalaberhala laut dan maut masih yang itu

--belukar peperangan menambatkan kisah abad
di sisi usia kian asing dan entah--

aku dibesarkan di sana. dalam dongengan sang penghibur itu
ia yang mengebumikan keluh pada setiap dini hari
tapi kembali ditetasnya seakan baru

anastasia…
aku tua sebagai cuaca tanpa wujud. dan selalu retak

2014

FRAGMEN 24: Metafora Angsa dan Purnama

aku mau berpesta dalam metafora angsa dan purnama
di sana karygmata hujan bertubuh, berbagi kabut
berbagi kegembiraan

paristeraparistera bawalah hatiku
ke ladanglandang mazmur
ke renangan nafas di teduh danau
di teduh subuh yang meliangkan guruhgemuruh
hati ibuku

akarakar rerumput basah
menumbuhkan pemandangan hijau
ke seluruh tanahtanah yang nelangsa
selalu kubaca bagai epistula langit
tiada henti membenihkan cahaya ke hati

Anasatasia, aku mencintai pulau dan teluk ini
negeri yang mentunaskan dan membaringkan kesedihan ibuku
bagai telaga mazmur dimana ketenangan bersumur

2014


FRAGMEN 23: Suatu Pagi Desember

kembali kau bawa cuaca kembar
bau kukis, lagulagu natal

badai kejarkejaran di pucuk kelapa
meliukkan getir yang sama
di tahuntahun yang menjahitkan kepelbagaian

anastasia, aku menyerup kopi ke 50 tahun
sambil membayangkan kebun kacangkacangan
kegembiraan ayah ibu di pagi berhujan
memuat panggi ke dalam roda pedati
menyusuri pasar rakyat masih sepi

mereka tentara dan petani
mengebunkan derap sepatu ke mimpi
ladang padi juga jagungjagung

pagi ini dingin. seperti 50 tahun yang kembar
harusnya ada ubi, dabu di rumah kayu
ketika gementing lonceng di puncak menara katedral
merapatkan musim baru ke dalam perkampungan pesisir
yang tertabung getir kian gigih menakbir sedih

ma…begitu kupanggil ibuku
aku hafal betul mematangkan pisang dengan karbit
menaru bakul rotan ke atas kepala
seperti lukisan penjual buah di tengah cuaca berubahubah

lalu, kelenjarkelenjar petir menguar menambatkan ketakutan
seperti 50 tahun dongengan tentang langit di huni mahkluk api
mematamatai bumi dipenuhi mambang dan demit

2013



FRAGMEN 22 : Hari Yang Segera Hilang

hari ini makam. kotakota mati tertikam
ada adzan dan bunyi petasan tergenang kelam
aku mau mentakbir kegembiraan

desa tak bernadi menyiduk beriburibu merpati
membenamkannya di api matahari
yang membawa pergi akhir cahaya senja ini

padamu anastasia aku mau mengabar
derap beribu kuda di laut membatu
membawaku bau jerami, anyir laut, ikanikan mati

loncenglonceng mendenting berlari mengejar maut

sebotol wine, selaras senapan. gapura bercat malam
orangorang mampir dengan diam, menyerup ampasampas muram
dari buku, dari berhala tv, korankoran menambang berjuta ilusi

air mata blues jatuh bagai bijibiji bunyi tambur
teriris tabir benteng mantra, bahasabahasa suram melancarkan perang
pikiranpikiran terperdaya menetas di tabungtabung kegelapan

selain kabung, tanah ini apalagi, nasibmu. dupa di pasir
perahu dan dukamu hilang tambat. hanya kabut membebat mulut
bunga kecubung hanyut tanpa laut

sebentar hari itu hilang dalam pecahanpecahan mercon
bau mesiu terbakar di puncak malam yang segera luruh

2013


FRAGMEN 21: Pletikan Kabut

lerenglereng bertabur kintamani, bungabunga trompet , bougenvile
mengawinkan gelombanggelombang  abadi di deru nadi

dusun dan kota
semua mendetak merengkuh bumi
memunculkan supplier di retakkanretakkan lumut tempat abad tumbuh
orangorang datang dan pergi menggarami dirinya sendiri

anastasia, di sini waktu
dari asam ke asam mencoba meletakkan geram
lalu menjadi penakik getah langit
karena saman penuh jebakkan dan penaklukan

surga sejati sesejatinya di dalam hati
dengan rumah semesta dimana doa, kabung mendapat kenduri

batasbatas menipis mengikis timur barat
lariklarik penjelajahan matahari menaburkan pletikan ilahi
dari kabut putih ke dalam prisma berkonotasi warnawarni

mari keluar dari penjara sejarah
di sini, inspirasi adalah bukit, lazuardi, dan sayapsayap manguni
orangorang berkumpul ingin menulis sebuah cerita; langit tak kasong
selalu ada bayang terus membentuk diri

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar