Senin, 20 Januari 2014

FRAGMEN KETUJUH: Surat Untuk Anastasia (Puisi Iverdixon Tinungki)



tubuh kenangan suara burung murai
kebunkebun  jagung  pelampung kesunyian angin
rahasiarahasia kecantikan tumpah ke seluruh sungai

wahai…
aku ingin mencakapkan hatiku yang kacau
saat cinta itu terbunuh

waktu abadi mengalir di sini
di alur kenangan hujan
di kitab  mengekalkan tepi jazirah Yabok
saat akarakar rumput menggigil


apa kau seterukan pada hatiku?

jubah surga turun ke atas tubuhmu
kita bergelut
sebuah mesbah tersusun
di atas luka disimpan
akar rumputrumput

ini surat ketujuh dari tujuh hari ketika kita tiba
menamai kali padangpadang lusuh
harus kita tuntaskan pada semua kisah
sejarah mesti tumbuh

di abadabad belum tiba
ada apa gerangan
mereka baca dalam dekapandekapan kita
selain bebatu yang kita bakar
sebagai unggun menghanguskan

kotakkotak jatuh dari langit
dipenuhi benihbenih kegembiraan
tapi hati terlanjur api
menyembulkan pemandangan
teramat layu

di ruas paling kosong dari jalan tersisa di kota ini
aku menanti kereta
membawamu seperti janji kau ikrar di sebuah subuh
tentang hati terpilih jadi batu penjuru

pergelangan paha patah
ketakutan menjala
tapi aku mau datang padamu dengan sujud
sebagai lelaki tertangkap
tapi tak bisa kau depak

biar seluruh lumpur menimbuni kepala
setidaknya aku tahu di rahimmu berada hulu
bianglala sejak Nuh menemukan benua
Yakub diurapi jadi sebuah bangsa

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar