Senin, 20 Januari 2014

FRAGMEN KESEMBILAN: Benih (Puisi Iverdixon Tinungki)



pada benih ini ditumpahkan seluruh prasangka
kesuraman teluk yang pecah di pagi
denyar dedaun menyigi angin laut lalai berbagi

orangorang seketika berkatakata; “seumpama
perumpamaan penabur, seluruh tanah di hatinya gembur subur”

lalu sebagian lagi bertanyatanya; “mengapa
tak semua benih tumbuh di telapak tak letih meminta itu”

Anastasia, pada senja muram, anak Adam menyelip gada ke hatinya
di waktu begitu rapuh Musa menghabiskan seluruh usia
memahat kembali dual loh batu yang remuk siasia


dalam alkisah Abraham, Habel tak lagi sebagai bangkai
meski Kain menjelma kawah mendidih di nadi musim antara
menanam menyabit

hama semak liar seakan sejarah
dibancakan ke atas trah manusia

kutemukan diriku menempa jazirah cadas berbatu
hingga benih bisa tumbuh
menunggu musim menyabit
dalam baitbait benih yang baik  

kendati bunyi kereta berderit menyelusup ke setiap sendi
di detik terkahir pun lebih berbahagia bila masih bisa
mensutradarai kesunyian di sepenggal panggung sepi

lapislapis cahaya lapuk  
menyerbuki akarakar bibit kusemai
di sisasisa nafas terakhir

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar