Selasa, 14 Januari 2014

PUISI-PUISI RELIGIUS KRISTIANI DAN PASKAH (3)

PUISI-PUISI: IVERDIXON TINUNGKI



FRAGMEN 11 : Dari Sebuah Kisah

ia kalah. ia tak bisa jadi yang pertama

ia menghitung lima serambi pintu gerbang domba
tiga puluh delapan tahun rebah
diulang, hingga seluruh jenuh
jadi reruntuk enyuh

di kotakota kita kisah itu lebih nyata
kisah tua lelaki lumpuh di tepitepi gereja

di Bait Allah sayup terdengar  lagu
hanya lagu. seakan derap kereta membawa pulang orangorang
ke sebidang tanah perjanjian. tanah yang juga terhampar
di mimpimimpinya


tapi  iba bukan lagi bahasa murah
bukan lagi perasaan bisa dicerna
tak ada mau memandang orang terluntah
segalanya telah punya harga

suatu ketika, malaikat agung turun di Betesda
berpesta di atas kolam. mengguncang air
sesungguhnya cemar rembes air matanya

ternyata, air mata tak cukup membuat seluruhnya sembuh
tubuh harus tumpah, harus cebur hingga dena lumpur
tua itu jadi luntur

sebagaimana sejarahnya, ia tak bisa mendahului
tubuhnya teramat lemah
juga tak bisa berdiri melupakan semuanya
kecuali berharap ada suatu saat paling sepi
ketika ia merayap ke kolam, sesosok malaikat datang
membancakan kegembiraan dalam air tergenang
lalu, ia bisa jadi yang pertama berendam

sebagaimana dongengannya, aturan sebegitu kaku
tak bisa membuat ia untung. ia bingung

itu kisah saman gerbang Stefanus. tembok Yerusalem
masih kokoh. dombadomba tambun digiring ke rerumput subur
rasulrasul menyaksikan ribuan orang jadi yang pertama
menimbah mujizat dikabarkan injil ke seluruh saman

Anastasia…
di saman berbeda
di sebuah kanisah kecil
di bukit tak jauh dari penjara
aku bertemu lelaki yang selamat
dari peristiwa kapal tenggelam

aku bertanya: “bagaimana sampai engkau bisa selamat?”

“ada seorang lelaki memikul tilam
mengangkatku dari gelombang lautan
membawaku ke pesisir lebih aman,” dongengnya

2013


FRAGMEN 12: Pasal Natal

maut yang terluka
meninggalkan sungaisungai
tubuhtubuh puisi
menulisi senja burungburung sriti

begitu riuh gaduhnya menyambangi perjalanan bintang
seseorang tiba di langit moyang
pohonpohon trembesi menegak
daundaun matang gugur di malam mendesiskan nyanyian

orangorang miskin lebih dulu melihat
ia berjalan di atas seluruh jazirah tanah moyang
menjelma kota  ini
ketika sukusuku keturunan Abraham diselamatkan
disematkan peta kegembiraan  dalam cahaya
matahari berkesiuran di sayapsayap sriti
meniti hari jelang malam menggenapkan seluruh tahun
dulu hilang

emas kemenyan dan mur
dari timur tanahnya berbau dupa, wangi kemangi
diramu bersama menuru dalam wajan
berisi semua air mata saman
buat upacara ruwatan domba
lahir untuk tertikam

di sini dukaduka tumpah
dalam bah kesakitan
karena dunia butuh liang luka
bagi persemaian benihbenih doa

2013

FRAGMEN 13: Hutan Jati

di hutan jati kutemukan tubuh puisi itu lagi
tertetas hujan dini hari
wangi meliang di batang sanubari

tak jauh, menghampar ladang
mengerami  butirbutir riang 
menanti penyabit akhiri hitungan musim
ifuifu tuaian genapi kisah penaburan
lelaki mati di senja tanpa tepi

ia kekasih melepas nafasnya
ke dalam puisi hutanhutan ini
menggemetari  renung para penyair
ketika katakata mencair dalam ruh yang pergi

di atas bebentang bebukit, batangbatang kayu menegak
membebat semua gigil abad tanahtanah lembab
basah oleh darahnya, juga gemuruh erang melangiri langit
sebegitu misteriusnya. bapa membiarkan putranya
mendekap semua kepedihan ditikamkan ke lambungnya 

harihari tak nyenyak, tak mendesiskan penghiburan
kisahkisah malaikat tak bersayap terjerat jaring ngengat
baunya menyengat

di situ kutemukan pula diriku

menyutradarai kesunyian. lapislapis cahaya lapuk
sesuatu yang telah remuk
dalam fragmen nafas engah menyiasati hidup

pada batangbatang jati, batangbatang hari
cinta dan ketakutan tumbuh lagi, sesemarak api
tapi, semua mau mati dalam hangus maut itu

lalu erang itu muncul kembali
“ya Tuhan jangan tinggalkan aku sendiri!”

2013


FRAGMEN 14: Mesias

ia tak menghunus kapak menebang kaki langit
mengambangkan bulan, menenggelamkan tangisan

ia tak memandang pohon
lalu mengatakan hiduplah seperti pucuk meninggi
mencinderai kabut membebat langit biru

tapi diperahnya anggur carangcarang kepedihan
ke dalam bulibuli penggenapan
kerena sedanau air tak menenggelamkan dahaga
mencekat kodrat manusia sebagai serigala

ke dalam saman limbung
ia mendayung dengan serombongan nelayan
menjaring semua hati karam

dari roti dimintanya pada petani
dipecahpecahkannya tubuhnya sendiri
buat hati patah di tungkaitungkai dini hari yang latah

Anastasia…
lihatlah,  tanahtanah lantak oleh peperangan
burungburung gagak  berpesta di atas bangkai anakanak
serombongan filsuf tiba dengan pedati
menampung seluruh peribahasa
ditumpahkannya di semua jalan lintasan sejarah
mencair seumpama lendir
pada muntahan katakata anyir dan bedil

pada semua kitab hancur itu
puingpuing kesedihan ini tumbuh kembali

aku menghunus kapakku
menebang sebatang kayu buat perahu
menuju negeri lelaki yang terbunuh setiap pagi hari

2013

FRAGMEN 15 : Senja Kelima Puluh Tahun

anastasia, lihatlah…
aku menemukan senja pertama kalinya
terasa maut makin begitu rapat, begitu akrab
hidup makin begitu hangat tercecap, tersekap

aku begitu girang
kendati tak menunggu kematian
kerena tak ada yang dapat kukuasai dalam waktu
tapi senja selalu rampung mendefinisikan arah alirnya
dan kematian hanya tepi di jam yang berhenti

aku menerima apa yang datang pada diri
menyingsing dalam lima puluh tahun lakuku
disimpan waktu jadi sesuatu
menjulang, bak kabut antara surga dan diriku

pada lanskap senja tibatiba sebegitu akrab
aku pergi berbagi hal paling bisu dari diriku:
“ya…
tuntun aku
menemukan jalan pulang lebih utuh
di ruas waktu sungguh buatku”

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar