Senin, 20 Januari 2014

FRAGMEN KEENAM: Epos (Puisi Iverdixon Tinungki)



ada ketika dimana sebuah benteng akan runtuh
opsir tentara, epaulet di bahunya dilupakan

menaramenara kemajuan ilmu mengangkut kecemasan
ke punggungnya, dengan kibaran benderabendera sihir
ke atas seluruh cahaya

angkasa pecah kembar. memisah dua dunia
antara yang kuasa dan yang terjajah
antara yang kaya dan yang hina dina
antara yang nyaman dan yang terlantar
antara titah dan nubuatan


pernahkah kau baca seorang perempuan, Anastasia
tubuhnya remuk dilindas tank jadi lumpur berwarna merah
leleh di deru peperangan mempahlawankan pembunuh

di sebuah balairung lama ditinggalkan
tersisa sedikit orang meritusi prosesi peringatan
mengenangi perempuan mati karena keteguhannya
mengupayakan kegembiraan
--karena meminta kegembiraan ia dibungkam--

di istanaistana negara upacara lain digelar dengan parade
diiringi lagulagu kebangsaan
--tapi bukan atas nama kebenaran sesunguhnya tergilas itu—

mereka memuja kuasa para maestro dan hero yang dengan gemilang
memenangkan pertempuran dengan seluruh peralatan perang
kian mematikan

--mereka algojo—
algojo yang difilmkan, algojo yang diindustrikan

ini abad itu, Anastasia
abad dengan pesta besarbesaran atas daya upaya
merayakan  matinya kemanusiaan

tinggal sedikit orangorang pergi ke gerbang,  memahat
seluruh perasaan mencemaskan
gambar perempuan mengenakan kerudung berenda
melewati jalan sepi dengan wajah santai dan riang

ada juga kolase opsir tentara ketakutan
tersungkur di bawah kursi besar ukiran bintang

pada angkasa kembar itu kau akan melihat
cinta tetap saja sebuah sungai
mengalir melampaui sejarah

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar