Jumat, 30 Agustus 2013

BATUSENGGO (Puisi Iverdixon Tinungki)



seperti menghitung biji pasir
pelayaran jadi kekal di semua bau ingatanku
akan belukar keasinannya. ia menyelinap ke dalam benak
menjelma silsilah batu  setegak layar mendekap erat

pada dekapan kekasih itu aku mencari hulu hilir hidupku
kujumpai arus keras gigih  menenggelamkan cahaya
pulau dan lautku jadi samar, memar


usiaku berakar dalam sejarah arus senantiasa berputar ini
entah berapa matahari lesap dalam pori membentuk palung makna
di sini hidup begitu pekat. mungkin setua abad di peta jaring dipenuhi
garam. gambargambar perahu karam. juga yang tegar berlayar
pada semua dongengan tua ibuku telah lama berpulang

di ujung rabunnya, ibuku masih mengisah ayah terus mengayuh perahu
hingga setiap kayuhannya menjadi irama nafasnya yang koma
begitu dari waktu ke waktu aku harus menganyam potonganpotongan
bau ingatan akan laut pulauku. Pulau laut diwaris ibu dan ayahku
kini serupa bau lumpur tubuhku dengan ramai pesta sepinya sendiri

ketika aku pulang ke kampung itu, batu sediakalanya begitu keras
tumbuh menjulang membentuk tanggatangga dakian
Ibuku benar, hidup bagai pasak batu tertanam dalam
kian ke atas kian dalam ia terbenam. seperti juga laut kian jauh
kian dalam kecuramannya. kian luas kian keras arusnya

orangorang pulau mengayuh nasibnya di sana, terpiuh di pesisir sejarah
digenangi peluh darah.  tapi tak pernah menyerah

dengan penuh gairah aku berumah
di koyak-moyaknya, hingga nafasku menyatu
di semua kepingan perahu dan batu yang terus tumbuh itu

Juli 2013

*) Batusenggo: Nama kampung di pesisir pulau Siau yang berarti batu layar.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar