Kamis, 01 Agustus 2013

SEHELAI DAUN (puisi Iverdixon Tinungki)



(Percakapan tengah malam dengan Jamal Rahman Irot)

hutan habis dilalap sajakmu. begitu kau tulis belantaramu
tinggal ada sehelai daun, belukarbelukar kecil sarang peri dan hantu
pada sehelai daun itu kau kunyah  gugur demi gugur

ada berapa kenangan terlalu kuat menggantung
merimbuni bentang risau dengan cabang pepohonan usur
oleh letih juga getir di sudut sujudmu

kalam apa kau naung di sana, selain mawar dengan duri sebegitu tajam
mengguris luka. malammalammu adalah memungut bijibiji hujan
buat mereka yang kehabisan airmata
seumpama ladang, kau setia tanami benihbenih tangisan

di belukarmu peri dan hantu selalu punya waktu duduk
berbagi celoteh dan tawa. kau mau menyesap apa
di secangkir teh yang kelat

dari potret yang satu ke potret yang kesejuta
berapa abad kau punya waktu membingkai sepat

serbuan gelombang selalu mengguruh di malam buta
perahuperahu pecah, labuan hilang
beruntung kau masih punya selembar sejadah
sebelum lelap dzikirmu nanar di sisa darahmu yang merah

2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar