Jumat, 30 Agustus 2013

PULAU BANGKA (Puisi Iverdixon Tinungki)



(Suatu ketika bersama DK)

tinggal pulau kecil di tengah laut sajak ini punya sekawanan rusa
mereka mencari padang alangalang di hektar hakekat katakata
dari satu hingga ke seribu kata kita cakapkan ternyata
tak ada lagi secuwil makna. selain hampa

rusa dengan tanduk bercabang lima dari surga menatap kita
begitu sigap memamah remah padangpadang luluhlantak
sebuah kota dengan menaramenara pasir
terus runtuh di telapak tangan penyihirpenyihir


sekali lagi aku tiba di pulau Bangka
mencari jejak terakhir sekawanan rusa
tinggal bau airmatanya
melekat di semaksemak begitu rentah

pemburupemburu bersenapang berkeliaran menembaki bayangan rusa
yang tersisa. yang terbunuh, bayang mereka sendiri di senja tak bernama

Ini senja keberapa aku menulis sajak, dan berharap bapak
menemukan nafas rusa dalam katakata. waktu pun lelah menanti kabar
kabar dari bapak seperti lesap di ujung lidah. aku menemukan mayatnya
di akhir sajak
melepuh menanah
di tambang biji besi
siap diangkut entah ke mana

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar