Selasa, 27 September 2011

TAMAN BUNGA (Puisi Iverdixon Tinungki)


menomeno maki sembah

rahasia langit air murah
huabe delapan mata angin
menumpahkan minyak ke lautan, ombak menepi
dan gunung menurunkan klikitongnya

bergemuruhlah lembahlembah kedatuan siau
membangunkan ingangingan dan ompung
merasuki getaran tagonggong ditimpa nanaungan
melintasi jalan desa menuju taman bunga kerajaan

di sinilah bau wangi menuru menganti belerang gunung
ampuang aditinggi menyala dan tersenyum
lakilaki berotot kawat menadahkan kaki ke tanah
menyusupkan keriangan pada penari perempuan

rancaklah semua dalam tarian rahmat
tanah mengarib, laut bermurah hati
menghibahkan hasil panenan berlimpah
dan saatnya membawa upeti istana buat raja bijaksana

taman bunga dibangun raja buat budaya
di depan istanah timur menangkap matahari muncul
di tengah kota ulu menghadap puncak gunung
begitu aturannya karena semesta pun punya tatanannya

di sini, anakanak boleh bermain layangan
para remaja berlatih ketangkasan
orangorang tua mendiskusikan kebajikan
para pelancong melepaskan letih di bawah pohon tua

tapi sejarah selalu punya cerita berlawanan
seperti leba kehilangan sarang menyeruduk ke manamana
politik jadi dewa, ekonomi jadi panglima, budaya jadi anak jadah
gunung pun melepaskan serapah, memuntahkan lava
menghancurkan kota dan bangunan kemegahan pongah
 
2006

*) Taman Bunga, adalah taman kerajaan Siau. Terletak di pusat kota Ulu (Tarorane). Karena arealnya cukup luas, tempat ini menjadi pusat semua kegiatan seni budayadan dan ritual penyembahan, serta tempat bermain di masa kejayaan kerajaan Siau. Pada kisaran 1970-an, pemerintah kabupaten Sangihe Talaud mengalih fungsi taman ini dengan membangun gedung perkantoran pemerintah. Sejak itu secara beruntun Gunung Karangetang memuntahkan lahar dingin berupa pasir dan batu hingga semua kawasan Taman Bunga dan daerah sekitarnya hancur dan tertimbun sampai ke atap bangunan. Huabe adalah hitungan bulan yang tenang (dari tradisi penghitungan waktu). Klikitong merupakan orkestra musik gendang dipadu dengan “Nanauangan” (semacam gamelan Jawa). Ingan adalah peri daratan. Ompung (Atung) adalah dewa lautan.

1 komentar:

  1. selalu menguak sejarah.. bang ipe banget,.. salam kretif selalu ya.

    BalasHapus