Minggu, 25 September 2011

KERINGAT BIDADARI *) (Puisi Iverdixon Tinungki)


o ya kasiang
ia sengkatela su nusane
angkedung

dari Pyong Yang, putri Sang Iang di buang
bersama kedua orang tuanya Nio Aso
juga Sia Uw dan Ta Loo kedua saudara lelakinya
berakit bambu cina menuju utara
jauh sebelum perang manchu
moga di sana ada cinta
kerena di tanah asal perempuan dinista

Sang Iang menangis seribu satu malam
datangkan iba Sang Hiang
bidadari A Hung direstu nunggang Sang Hen
ke utara ikuti air mata
dalam kabut dalam gelombang
di sana diperciknya keringat jadi daratan
negeri karang pulau khayangan

Tagh Alo Ang terusik tangis Sang Iang
dimintanya Ta I Fun tebar gelombang
beraikan rakit pengelana
pecahkan pulau jadi kepingkepingan

kilau indah pulau Ing Ang
goda burung langit Sang Hen
bersarang ia di Kara Nge Tang
Nio Aso tinggal di Man Dolo Kang,
Sia U di Kara, Sang Iang di Tampungan
Ta Loo di Aow Lo Tan

begitu adanya nusalawo membentang
Tagh Alo Ang cukup senang
dipanggilnya Mekila- Medellu
membangun Ku Lan No di Tha Bu Khan

beratus tahun kerajaan itu berdiri persatukan negeri
sebelum Lorca menulis syair
bajak laut penemu pulau ringgit

2009

*). Mite keringat Malaikat Laut (bidadari Ahung) yang dipercik menjadi pulau-pulau Sangihe (Nusalawo) diperkirakan berasal dari masa awal migrasi bangsa-bangsa Mongolia dan Asia Belakang pada kisaran tahun 500-1000 (Zaman Hindu). Dikisahkan, seorang putri Cina bernama Sang Iang (Sangiang) bersama keluarganya di usir keluar oleh kaisar mereka. Menaiki rakit bambu dan terbawa arus ke lautan lepas. Keadaan tanpa harapan itu membuat putri Sang Iang menangis tanpa henti. Dewi Sang Hiang (Ilahi) pun ibah mendengar tangisan itu, maka diutuslah bidadari A Hung (Antung=Opung=Empung=dewi laut) untuk memercikan keringat menjadi daratan agar putri Sang Iang dan keluarganya bisa menetap di sana. Tapi daratan itu pecah oleh amuk gelombang. Kepulauan itu pun mereka namakan Sangi (Tangis). Tapi ada yang menafsir nama Sangihe diambil dari nama burung langit Sang Hen (salumpito). Juga dari kisah abad XIII dua orang putri kulano Mokodoludugh, kerajaan wowontehu bernama Uringsangiang dan Sinangiang yang menangis karena hanyut dan terdampar di Manganitu maka negeri itu di namakan Sangi (tangis) bermakna; “yang tidak di sukai”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar