Minggu, 25 September 2011

KEMBAKU (sebuah sajak perang)


kepak kembaku mengaum
mengaum menuruni lembah sebelum senja
ketika malam aum itu berubah dendam
aku bertanya; siapakah empunya desau rimba
jika aku tak punya tempat gurau
seribu laut seribu gelombang hempas pesisir
seribu gelombang mengungkung bimbang
seribu gelombang memukul dada hampa
aku bertanya ; Siapakah deruh laut
jika aku tak punya tempat berlayar
siapa yang mengikatku hingga aku tak bisa pulang upungku
pulang ke jejak sejarah
selain menatap kenangan dalam diri seorang asing
terasing dari rahim beriku nafas ajariku bijaksana
kembaku upung
beri aku kebranian biar kembahatiku mengaum
merancakrancak seribu tangonggong
menggelegargur guruhgemuruh gunung marah
jiwaku mesambo…hatiku sasambo
beribu bininta
mesasahara
mesasalili
mesalo…mepasasalo
sasalo perang
perang ini perang kita
perang manusia nusa terluka
“Dumaleng ia dumaleng
Lumempang ia lumempang
Kere lempang i wahani
Maning setang
Maning datu
Sumata ia kawasa”
kembaku terbang memeluk nusa anakanak elang
bersama selaksa upung menitiskan keberanian
kearifan sejarah kini ditelantarkan
entah oleh apa dan kerena apa
satalku bianglala terkepung kabut
kabut jiwa menguap entah oleh maksud apa
aku marah upung
marah kembaku
marah kembaku
suara kembaku
gemerincing dusun
membela lembah runcing taghaloang
amukmengamuk jadi ombak beribu bininta
aku datang; restui aku Ghengghona
sambeang jiwaku menyala
mata elang Awu ke Karangetang
berlompatan ke Wowon Mandeeta
bercakak pinggang putra Palmas
ia kai nabi
ia kai Kristus
patiku kawasa
maning setang
maning datu
su mata ia kawasa
kurapalkan ini upung
kemiskinan Nusaku tak termaafkan
seperti persemaian disirami, ditanami
kemiskinan bersemi tangis gubuk pelosok
kupanggil engkau upungupungku
dalam kembaku, dalam suara kembaku
kembaku kini terbang
mengalahkan riwayat disejarahkan bagi tanahku
ual patah ual
kau patah siri
ual patah ual
kau patah siri
ual patah ual
kau pata siri
beri aku kekuatan kembaku
Lasiri kukangkangi gunung
Bebalang kumandi sari patuku
Bantane kupanggil wando
bangunlah anak laut
dendang sambo; mesasalili mesasahara
dentum Tagonggong; mesasalai mesasasalo
kelung diangkat; pelonihaka sarang paka haka
baneha mengelegak seribu bininta dalam dada
kita sedang perang
perang hati terluka
perang nasib terbiar
Perang nusa ini perang kemba
maiang suwowong ngalo
maentolang su tadetene
maning mekila medelu
dorongang ikami anging kansingang
kansingan tamalalawe bukide
ore lai mesasenggetang
mesengge kere apa
Wade kai weteng
tatendae witu kinalongsang duitang
nau masuhampa pesasirungan
pekekelungan selambungang
bininta di air naiklah
mamenongkati Duata
anak-anak laksamana
bunda melepasmu wangi patuku
di pintu
di jiwa
kamulah Hengkeng Nusa
putra utara anak laut
setibanya di pantai
hanya menggenggam kata menang
kerena bininta
sekali berenang
takkan pulang
tanpa
ketukan
gendang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar