Rabu, 28 September 2011

SENARAI CAHAYA (Puisi Iverdixon Tinungki)


berhenti berkidung bila ritme retak di hatimu
syair yang ingkar patahkan saja, untuk apa?

lalu buat apa kau jahit langit
bila sobeknya terlalu luas bagi tanganmu mengapit harap
sedang anak merpati mesti bertarung dengan cangkangnya
agar bisa menengok pagi yang tiba di ujung paruhnya

lihatlah garis putusputus pada cahaya di alas tanah
seperti senarai pesan yang tak usai berkisah
bongkahan cinta menua tak sampai, harus gapai

berjalanlah meski lintasan tinggal jelaga menyaga
agar hati mendewa bak sinar putih di pucuk doa

lelaki tak menoleh bayang hablur pada gumam malam
ia magma di urat bumi makna, menerobos sungai di kelopak mata
karena malaikat cinta hanya bisa dicumbu hati yang kafa


Manado, 10 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar