PUISI KARYA IVERDIXON TINUNGKI
BENDUNGAN
PANGENAN
--mengenang
Ahmad Syubhanuddin Alwy
di
bawah pohon
tempat
kau menghaluskan kesunyian
kenang
riangmu kusimpan, tapi selalu
tumpah
bagai hujan ke atapatap rumputan
dan
bila hari kembali berjalan
sunyi
kau tegakkan kian runcing
menusuk
percakapanpercakapan kita
jadi
ribuan lubang gergasi yang mengancam
ia
membawa abu namamu
cadel
suaraku
melayat
ruparupa kesedihan
saat
kehilangan bagai tembok
menampikku
bertanya
apa
kabar Cirebon hari ini
kisah
bandar
dan
perahu yang terbakar
tak
lagi kaukabar
kita
semua memang akan tua
di
pojok jalan terasa lengang kian akrab memapas
pohonpohon
ranggas tampak puitis
dan
langit selalu anggun dengan gamis
kau
telah diam tak bergeming
tapi
kotakota dan dusun yang kita kelanai
masih
saja mengurai daya hidup
seakan
tak ada habisnya riang di alir keningmu
o
kehidupan
dikaulah
orkhestraorkhestra
penumpang
bus, bahkan puisi terkulai
di
tangan tak lelah menulis sebintik air mata
lembarlembar
yang mengulas luasnya senyuman
dari
mata paling pedih
bahkan
telagatelaga kebahagiaan
tempat
gagak mencelupkan diri
kita
berdua Wy
batu
di pinggir jalan
ribuan
perempuan letih duduk
mengatur
irama luka nafasnya
anakanak
pendongeng juga di sana
membongkar
bongkah bianglala
masa
kecil kita
dua
prajurit Allah
selalu
riang memuja kehidupan
burungburung
yang memiliki makna terbang
di
laut almaco
di
laut tenggiri
di
laut baracuda
kauujar:
jangan biar Tardji jadi tua
biar
saja ia tetap hyena malam
singa
di hutan dongeng
kelinci
cahaya di mimpi kanakkanak
ketika
di Goa
dengan
menggebu kita membicangkan Rampan, Age
Sapardi,
Remmy, Agusta, Darma dan peluhan arifin
o
betapa berartinya hidup di tangan para pemuja kehidupan
begitulah
kita melenting bagai bola di kaki Paraga
bagai
alis kehidupan gadis Pakarena
melambai
setiap datang dan pulang
para
penyambang sejarah
para
penyeberang parit pertempuran
di
belakang shelter Kinilow kau muntah
pusing
oleh kelokkelok jalan
tapi
aku tak mau menghitung lagi berapa banyak puisi
kau
bacakan merayakan negeri ini
di
atas rumput yang kini jadi sajadahmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar