Sabtu, 26 November 2016

LEONARDO AXEL GALATANG DALAM PUISI IVERDIXON TINUNGKI



SESEORANG YANG BERJALAN DIBAWA KESUNYIAN
--Kado HUT ke 53 sastrawan Leodardo Axel Galatang

beruntung kita yang punya masa kecil. tanah lapang,
semaksemak, dan bedil bambu yang menyalak dengan
bunyinya yang lucu. dengan itu kita melucuti kesunyian.
meledakkannya di pinggir batu. di jalanjalan setapak
yang dipenuhi kotoran babi. beruntung kita punya ayah
dan menyandang kebanggaan mereka, sisasisa peperangan
masih panas di tangannya. beruntung kita bisa
memikul margamarga mereka yang luhur di bawah tiang
bendera suci kemerdekaan. ya! beruntung kita yang
diwariskan semua kesunyian itu, kesunyian yang tak bisa
kita ledakan dengan bedilbedil bambu, kesunyian yang
membawa kita berjalanjalan ke abadabad maju, ke waktu
ketika kesunyian lebih baja dari batu


tapi kita tersenyum di bibir pantai karena elangelang laut
itu terus mengekalkan kesunyian sebagai hiburan pada
harihari saat sepasang tangan kita bergerak menulis katakata
yang dirayakan kesunyian, katakata yang dimerdekakan oleh
kesunyian ke atas lapaklapak tuak, ke atas warungwarung
kopi, ke atas kuekue waji yang menemani para peraya
dongeng kesunyian

di bandar terasa sekali keperihan keringatkeringat yang
meleleh. yang disaput ombak samudera. yang pecah
yang retak yang pergi dan yang datang semua bertemu
jawaban bahwa kita adalah buruhburuh yang tergopogopo
memanggul beban kesunyian itu. bahkan pada deru mesin
pabrikpabrik, gudanggudang barang, kesunyian bagai
logam yang berdencingdencing dalam satire yang kita
tuliskan sebagai babakbabak drama, baitbait puisi, jeketjeket
yang kita kenakan menyembunyikan wujudwujut murung
kertaskertas kerja yang mubasir  di ladangladang,
di sawahsawah, di sekolahsekolah, di kantor atau jawatan
atau pada kecerewetan lilin yang terpasang saat ulang tahun

sungguh kita beruntung lahir dan tumbuh dalam lenguhan
kesunyian. karena kita paling beruntung menyaksikan negara
ini dari waktu yang sangat dekat dengan awal, dan kita adalah
manusiamanusia yang punya pahlawan yang kita arak dalam
hati dengan penuh kehormatan. dan kita adalah
manusiamanusia yang ikut menyaksikan generasi baru telah
lahir dan menciptakan pahlawanpahlawan mereka sendiri,
kesunyiankesunyian mereka sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar