Selasa, 29 November 2016

PUISI UNTUK TRAGEDI KEMANUSIAAN DI ROHINGNYA KARYA IVERDIXON TINUNGKI



 PUISI KARYA IVERDIXON TINUNGKI


JERIT KEMATIAN DARI ROHINGNYA

seorang ibu dan dua orang anaknya. dengan penutup
kepala biru menatap Rohingnya. panas tak biasa, ada bau mesiu
di udara. tangisan sudah lama tertebah dalam hati, tagisan
tak lagi punya arti

seorang ibu dan dua orang anaknya. keduanya laki-laki.
keduanya masih kecil. keduanya tak tahu apa arti mati.
keduanya menyelip takut dan rintih dalam hati yang
masih putih


panas tak biasa, ada bau mesiu di udara. mereka terduduk
di muka pintu rumahnya, entah mau ke mana. yang lekap
diingatan mereka tinggal satu kata; mama. hanya kata itu
penawar kelabu, penawar hati menyosong terjangan peluru

di bumi mana Rohingnya punya makna. apakah karena mereka
hitam dan minoritas maka harus mati di jalanan? apakah karena
mereka Rohingnya maka tak punya tempat di dunia nyata? apakah
karena mereka Rohingnya maka harus diperkosa dan disiksa

di Rakhine tangan luka yang terulur, tubuh menggelicit jatuh
tersungkur ke abu, menghidukan kita bau mati yang biru, warna bisu
yang tak mampu tersedu

di balik kawat berduri, di kubang lumpur yang anyir berlendir,
di batasbatas yang menutup jalan untuk lari, Rohingnya tergugu
sendiri.

sungguh pilu Rohingnya di bawah langit bumi yang harmoninya
direnggut darinya . sungguh risau Rohingnya menjaga nafasnya biar
bertambah meski itu hanya untuk sehari baginya. Rohingnya seakan nama
yang tibatiba jadi karma dalam mati yang tak berharga. Rohingnya
sungguh aku berduka untuknya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar