Oleh : Iverdixon Tinungki
Ibu. Lutia Kasehung, lahir 09 Januari 1940. Seorang pensiunan yang dalam
pernikahannya dikarunia lima orang anak Dorlinike Lutia, Petruson Lutia, Marlenida
Lutia, Adolfina Lutia, Yunima F Lutia.
Sebagai figur perempuan yang ikut
merintis berdirinya jemaat Gunung Hermon ia merasakan betapa banyak suka duka
ketika itu. Beliau bersama dengan Ibu Lembo D. Pontoh menghadap Bpk. Pdt. Mosal
untuk berkonsultasi tentang permasalahan diawal pembangunan kanisah di atas
bukit yang tiang-tiangnya dipotong. Lalu untuk kali kedua bersama Ibu Ritna
Tahulending dan Bpk. Abram Adrian berjuang mencari kepastian berdirinya jemaat Gunung Hermon dan berkonsultasi dengan Bpk Pdt.
M L Mosal. Beliau selalu hadir dalam rapat-rapat para perintis jemaat.
Ia juga bolak balik kantor polisi karena
masalah laporan yang telah ditanda tangani oleh 12 orang lainnya termasuk
beliau tentang kasus pemotongan tiang-tiang kanisah di atas bukit.
Manurut memorinya, ketika terjadi
pemotongan tiang-tiang bangunan kanisah beliau melerai seraya mendinginkan
bapak-bapak yang ingin melawan Bpk H Tondondame agar tidak terjadi pertumpahan
darah.
Di tengah badai persoalan yang begitu
sengit ia termasuk perintis jemaat yang tidak jerah terus berjuang dalam
pembangunan jemaat . Di bidang pelayanan ia menjadi Pnt. Kaum Ibu Jemaat Gunung Hermon
periode 2000-20005.
Ia dikenal rajin dalam tugas
pelayanannya. Umurnya yang sudah tua tidak membuat ia lemah dan tak bersemangat
tapi beliau tetap melaksanakan tugasnya sampai akhir periode. Periode 2005-2010
atas hasil pemilihan beliau terpilih lagi menjadi Pnt. Kaum Ibu tapi beliau
menolaknya.
Tentang kesannya ia mengatakan ketika
awal membangun jemaat begitu semangat dan bekerjasama dengan baik begitu rukun
sesuai dengan namanya. Untuk itu ia berpesan agar generasi selanjutnya lebih memahami nama yang diberikan
“Gunung Hermon” yang dapat memberikan kesejukkan, kedamaian, sukacita dan
berkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar