kabut turun di Siwoghi
di perempatan waktu mendaki
sebuah prasasti memahati senja di Buha
orangorang dusun
menyeberangkan mimpi
andaikan pucukpucuk Daihango
berbunga putih seputih puisi
ia akan melukisi teduh lautan
tegar merendam ombak
kristal garam
antara mimpi dan keteduhan
lelakilelaki selalu turun mendayung
di kaki gunung mencuram ini
sebijak penempah sejati
membentuk cekung langit
segaris pelangi
kabut pun turun melumat airmata
menjadi bintik kisah
entah kemana senja membawa
pesan yang dirajutnya
dan seperti kamu, aku mau menulis;
“dalai
abekaroro, mapia kadeho”
(jahat jangan berhinggap, baik biarlah bersinggah)
di setiap lembar airmata yang memar
aku mencari muara di balik langit
memerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar