oleh: Iverdixon Tinungki
Pnt. Welly Areros adalah
salah satu tokoh utama perintis jemaat Gunung Hermon. Profesinya sebagai pelaut
ditinggalkannya ketika dia terpilih menjadi Pelsus jemaat Nasaret Tuminting
sampai dia tepilih sebagai ketua jemaat Gunung Hermon pada 20 Maret 2000. Banyak
tawaran untuk bekerja di laut tapi ia lebih memilih untuk menjadi sopir agar dapat
terus melayani jemaat.
Dilahirkan di Siau, 20 Januari 1945.
Menikah dengan Florensi Tumbio dan dikarunia tiga orang anak yakni: Jarto
Joseph Areros, Khristina Maria Areros, Kristianto Yohanes Areros.
Latar belakang
hidupnya yang lama berkecipak di dunia laut telah membentuk karakter pribadi
yang kokoh dalam mengarungi gelombang kehidupan dan riak pelayanan di ladang
Tuhan. Ia bersama dengan perintis lainnya dipandang sebagai pribadi-pribadi yang berpendirian teguh merintis dan membangun jemaat Gunung Hermon walau dihadang sejumput
permasalahan yang bertabur suka duka.
Generasi Jemaat Gunung Hermon
mula-mula hingga kini masih lekat dengan
ciri khas sosok Welly Areros yang tidak
dapat dilupakan ketika bekerja bakti ia selalu memakai helm kuningnya. Begitu
juga ketika ia memikul “nasi jaha” berjualan
untuk pengadaan dana pembangunan jemaat, helm kuningnya selalu dipakai.
Salah satu kebiasaan buruk yang
mengancam kesehatannya yaitu kebiasaan menegak
minum alkohol. Ini merupakan kebiasaan
lama yang masih lekat sejak masa-masa ia bekerja sebagai Kapten Kapal. Tapi
bagi mereka yang begitu mengenalnya, beliau dipandang sebagai sosok yang mampu
membawa orang-orang peminum alkohol yang begitu jarang ke gereja menjadi rajin
ke gereja, bahkan bapak-bapak inilah yang begitu rajin kerja bakti untuk
pembangunan Gereja.
Prioritas Lahan Pekuburan
Sebagai ketua jemaat pertama Pnt. Welly
Areros mematok program prioritas utama yang dipandangnya sangat dibutuhkan
jemaat pasca jemaat itu diresmikan menjadi jemaat otonom yakni pengadaan lahan
pekuburan. Hal tersebut diprioritaskan karena banyak orang yang pada awalnya
ingin bergabung dengan jemaat Gunung Hermon tapi ditakut-takuti oleh oknum
tertentu karena tidak adanya lahan pekuburan membatalkan niatnya untuk
bergabung. Ketika itu ia mengungkapkan hal yang paling menyakitkan hatinya
yakni ketika orang-orang menyidirnya dengan berkata, “jemaat Gunung Hermon apabila meninggal mayatnya
terpaksa harus dibakar”. Maka dalam mengawali pelayanannya prioritas utama yang
ia lakukan adalah mengusahakan lahan pekuburan.
Untuk mengupayakan pengadaan lahan
pekuburan itu, ia bersama dengan bapak Roy Malamtiga datang ke rumah Bpk. Drs. Welly
Sambalao, MBA bermohon untuk mendapatkan lahan pekuburan bagi jemaatnya yang
baru berdiri itu. Dan beliau sangat bersukacita karena keinginan jemaat boleh
dinyatakan Tuhan melalui Bpk Welly Sambalao yang dengan suka rela menyerahkan
sebidang tanah miliknya menjadi lahan pekuburan jemaat Gunung Hermon.
Pergi Dalam Perlindungan Tuhan
Pada bulan April 2000 Pnt. Welly Areros memulai pelayanannya sebagai Ketua Jemaat
Gunung Hermon. Namun hanya dalam kurun waktu April – Desember atau hampir 1
tahun beliau menjalankan tugas pelayannannya dengan baik. Pada awal Januari
beliau jatuh sakit gejala stroke.Ketika Bpk. Roy Malamtiga membawa undangan
untuk ditanda tangani, beliau sudah sangat sulit untuk menandatangani surat
tersebut.
Banyak usaha yang dilakukan untuk
kesembuhannya, jemaat sangat menginginkan kesembuhan beliau bahkan ketika sakit
jemaat selalu datang berdoa dan berharap kesembuhannya. Tapi kehendak Tuhan
lain dengan kehendak manusia. Pada tgl 16 April 2001 beliau meninggal dunia.
Kepergiannya disambut duka yang mendalam segenap warga jemaat Gunung Hermon.
Mereka merasa kehilangan seorang perintis dan pendiri jemaat yang telah
memberikan segenap waktu hidupnya bagi terwujudnya sebuah jemaat di atas bukit
meski harus berhadapan dengan segala tantangan dan persoalan yang terasa ikut
menyakitinya.
Tak ada pesan dan kesan yang disampaikn
beliau pada penulis tapi ada secarik kertas yang digoreskan tangannya ketika
sakit yang didapat oleh keluarganya setelah beliau meninggal:
“Orang yang
duduk dalam lindungan yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa
akan berkata kepada Tuhan: “Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku Allahku
yang ku percaya.” Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat
penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepakNya IA akan
melindungi engkau, dibawah sayapNya engkau akan berlindung, kesetiaaNya ialah
perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam,
terhadap panah panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang
berjalan didalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk diwaktu petang.
Walau seribu orang rebah disisimu dan sepuluh ribu disebelah kananmu tetapi itu
tidak akan menimpamu. Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan
melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik. Sebab Tuhan ialah tempat
perlindunganmuYang Mahatinggi yang telah kau buat tempat perteduhanmu,
malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada
kemahmu sebab malaikat-malaikatNya akan diperintahkannya kepadamu untuk menjaga
engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya
kakimu jangan terantuk kepada batu. Singa dan ular tedung akan kau langkahi,
engkau akan menginjak anak singa dan ular naga. Sungguh hatinya melekat
kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, sebab ia mengenal namaKu. Bila ia
berseru kepadaKu, Aku akan menjawab, aku akan menyertai dia dalam kesesakan.
Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan
dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari padaKu. Mazmur 91 : 1-16”.
Tulisan ini yang begitu mengguggah hati
jemaat, dan mungkin ini adalah kesan terakhirnya. Semasa hidupnya keluarga dan
jemaat sangat tahu bahwa beliau sangat menyukai pembacaan dalam Maz 91: 1-16
yang berperikop “Dalam Perlindungan Tuhan”. Itulah sesungguhnya pesan terakhirnya
untuk jemaat yang begitu dikasihinya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar