Oleh: Iverdixon Tinungki
Pnt. Frederik Wadjah, lahir di Manado,
28 Desember 1955. Ia adalah salah seorang yang terlibat aktif dalam perintisan
berdiri jemaat Gunung Hermon. Bersama dengan Bpk. M. Sasambi, Bpk. A. Adrian,
Bpk. W. Areros, Bpk. Sonny Katilik mengadakan rapat untuk pembuatan kanisah
pertama di atas bukit, dengan berpartisipasi biaya sensor kayu diladang
pekuburan jemaat Nazaret. Ia terbilang giat dalam kegiatan kerja bakti
pembuatan Kanisah di atas bukit.
Ketika tim penggembalaan turun meredam
konflik peralihan tempat pembangunan kanisah dari atas bukit ke lokasi kolom
16, beliau ikut dalam penggembalaan dan meninggalkan tempat karena marah dan sangat
tegas menolak untuk bergabung dengan kanisah di kolom 16. Beliau mengatakan hasil
sidang pleno Majelis di Nazaret tahun 1997 tidak sah karena melecehkan hasil
sidang pleno majelis tahun 1996.
Beliau juga mengatakan pada waktu acara
pisah sambut vikaris Kaparang, Bpk. Pnt. Andries Lutia memimpin aksi 5 menit
untuk pembangunan kanisah di kolom 19 tetapi ternyata uang terkumpul tersebut
tidak digunakan untuk pembangunan kanisah kolom 19 tapi digunakan untuk
pembelian lahan di kolom 16. Menurutnya semua adalah kebohongan dan beliau
meninggalkan tim penggembalaan bersama rekan-rekan lainnya.
Ketika terjadi masalah pemotongan
tiang-tiang kanisah pertama di atas bukit, ia ikut menandatangani laporan ke pihak yang
berwajib bersama sejumlah perintis
jemaat Gunung Hermon.
Karier pelayanan yang diembannya yakni
menjadi Ketua Pria Kaum Bapa jemaat Gunung Hermon periode 2005-2010 dan 2010
-2014.
Kepada Tim Penulis ia memaparkan
kesannya di sekitar proses terbentuknya jemaat gereja Gunung Hermon dari tahun
1996 – 2000 yang merupakan sesuatu yang sangat bersejarah bagi dirinya karena di dalamnnya menuntut perjuangan yang
tidak gampang, menyita waktu, perhatian dan pikiran karena harus melewati
berbagai peristiwa yang tidak kita inginkan. Didalamnya ada tindakan brutal
dari orang yang tidak ingin jemaat Gunung Hermon terbentuk sehingga terjadi
kejadian-kejadian yang tidak diingini terjadi yaitu pemotongan, perusakkan
bahkan sampai merobohkan gereja.
Sebenarnya katanya, perusakkan sampai pada perobohan gereja ini,
tidak akan terjadi kalau kedua pihak menyadari benar-benar sebagai orang yang
percaya dan pengikut Kristus tentu segala sesuatu tindakan harus didasari kasih
di dalamnya. Kita duduk musyawarah maka ini akan melahirkan suatu keputusan
sesuai dengan yang kita ingin. “Pada saat itu orang-orang yang tidak senang
dengan kami berpikir dengan emosi, untungnya kami dari pihak yang dirugikan
masih dapat mengendalikan emosi berpikir secara waras, kalau kita juga berpikir
secara emosi melayani mereka, maka sudah pasti akan terjadi pertumbahan darah,”
ujarnya.
Untuk itu ke depan
pesannya, kita semua harus melihat segala sesuatu dengan kacamata iman untuk
melakukan, mengajar dan mendidik anak cucu kita dengan baik. Jangan mengikuti
apa yang salah tetapi harus kita lakukan dan tunjukkan apa yang baik untuk
mereka lakukan atas dasar firman. Kita selalu sampaikan kepada mereka
didalamnya mereka akan menjadi orang-orang yang berguna yang terutama pada
Tuhan dan segala sesuatu yang mereka lakukkan atas dasar kasih bukan dengan
emosi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar