samudera selalu mengkoreografikan
teduh dan amuknya dalam sejarah yang
pecah
menjadi sembilan kaldera memagari danau
mati
di dada pulau jauh dan sendiri
aku berkayuh di atas air danau mati di
pulau ini
kutemukan detak nadi Makalehi
seperti seekor bangau putih bernyanyi
buat kekasih
di atas hamparan bunga teratai berwarna
jingga wangi
wangi siapa mendupa danau tak pernah
bertemu laut ini?
kalau bukan wangi kekasih lesap
tergenang air matanya sendiri
karena antara rindu dan mimpi selalu ada
tepi tak bisa diraih
lalu aku berangkat ke Tenggohang,
Dumpis, Sanggilehe, Sawang
Meraki, Singgalawo, Kuhita, Sawanto,
Batuwenahe
di sembilan bukit itu kubaca jejak
perjalanan capung
ia menenun danau dalam sayapnya berwarna
maron
kemudian disesapnya nektar sajaksajak
mercusuar
menjadi seratserat sinar buat laut yang
terus
mengayam pijar gelombang
orangorang datang menemukan lagi
Makalehi
dalam perahu dipenuhi ikan demersal
palagis
di kail dipukat dalam kisahkisah abad
terus bergerak dalam arus pasifik deras asin
di pesisir gadisgadis memandang matahari
jatuh di air
Makalehi tersenyum di mata mereka
melukis mata angin
sedang menyusun sayapsayap angsa lebih
putih dari awan
andai kekasih itu datang pada suatu pagi
danau kini tertawan bisa menemukan jalan
ke laut lebih dalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar