Pnt. Alfinus Pontoh, lahir 2 November 1957. Menikah dengan Cristina Pontolowokang
dikarunia dua orang anak yakni Alfrits Christof Pontoh dan Detari Pontoh (alm).
Diawal pembangunan kanisah jemaat Gunung
Hermon Pnt. Alfinus Pontoh, yang juga merupakan anggota TNI AD itu terbilang
sangat peduli dengan keberadaan jemaat di atas bukit itu. Ia ikut dalam perjuangan secara tidak langsung karena waktu itu beliau masih menjadi syamas
kolom II jemaat Getsemani Sumompo.
Dalam berbagai konflik yang terjadi
seperti pemotongan tiang kanisah pada Senin, 8 Desember 1997 oleh Bpk. Hendrik Tondondame, ia ada
bersama-sama dan turut mengamankan keadaan tapi karena situasi yang tidak
memungkinkan, berusaha menelepon Koramil dan Polsek untuk datang ke lokasi.
Sebagai warga jemaat tetangga yang
rumahnya sangat dekat dengan lokasi Kanisah Kolom 19, ia sering didatangi para
perintis jemaat Gunung Hermon diantaranya Bpk Welly Areros untuk berkonsultasi
dan mencari jalan keluar berbagai persoalan yang terjadi saat itu. Misalnya,
saat penyusunan laporan kronologis pemotongan tiang kanisah yang dimasukkan ke
Korem dan Polsek. Ia secara tidak langsung menyumbangkan pikiran untuk masuk
dalam konsep pembuatan yang ditulis oleh Ibu Ritna Tahulending.
Dalam
Rapat untuk merumuskan nama jemaat beliau juga hadir dan mengusulkan salah satu
nama dengan bahasa Sangihe “Senggigilang”, tapi nama itu kemudian tidak
digunakan karena mayoritas jemaat lebih memilih nama “Gunung Hermon”.
Ketika Jemaat Gunung Hermon berintegrasi
ke jemaat Getsemani Sumompo juga mendapat dukungan penuh darinya dan pelsus-pelsus yang
ada waktu itu.
Pada akhir Mei 1999 sesuai keputusan
sidang jemaat Gunung Hermon diterima di jemaat Getsemani dan diutus penatua kolom
I Ibu Tumbilung Gagansa dan Syamas kolom II Bpk. Pontoh untuk mengkoordinir
atau sebagai penghubung jemaat Gunung Hermon dan Getsemani sumompo.
Setelah berintegrasi ke Sumompo walau
masih Syamas kolom II telah diundang oleh perintis lainnya untuk mengadakan
rapat di rumah Kel. Lembo Dirongalo Pontoh dan Bpk. Pontoh dipilih untuk
menjadi ketua Panitia Pembangunan Gedung Kanisah kedua yang peletakkan batu
pertama tanggal 12 Juni 1999 dan selesai dalam kurun waktu 3 bulan karena
tanggal 12 September telah diresmikan sebagai Kanisah kolom 14 jemaat Getsemani
Sumompo. Pada bulan Oktober beliau dipilih menjadi penatua kolom 14.
Ketika jemaat Gunung Hermon diresmikan
sebagai jemaat otonom, Pnt. Alfinus Pontoh pernah menjadi bendahara jemaat pada
periode 2005-2010. Ketika menjabat sebagai bendahara jemaat ia berhasil mengantar
jemaat Gunung Hermon meraih prestasi peringkat 7 sentralisasi jemaat se-Sinode
GMIM. Ia juga menjadi Ketua Panitia Pembangunan pastori jemaat.
Saat diwawancarai tim penulis di
rumahnya, ia mengungkap kesannya dimana Jemaat Gunung Hermon adalah jemaat yang
mandiri yang artinya berdiri dari kaki sendiri. “Di panas tak lekang, di dingin
tak lapuk”. Pergumulan yang paling mengesankannya selaku pelayan di Gunung
Hermon yakni pada saat peralihan kepemimpinan ketua jemaat dari Pdt. Agustina Talu
ke Pdt Ransun berakhir dengan berbagai
pegumulan tapi jemaat tetap membuat ibadah pisah sambut pendeta. Kepada
generasi berikut di Gunung Hermon ia berpesan dengan dasar di atas, kiranya
generasi berikut tetap memelihara persatuan dan kesatuan persaudaraan yang kukuh
sesuai nama jemaat. Karena dengan rukun berkat akan mengalir dalam hidup kita
dan kita pun akan menjadi berkat bagi orang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar