Minggu, 23 Oktober 2011

Berita Teater Sulut


Penutupan Musda & Festival Teater PATSU Meriah
Gubernur, Ir. Lucky Korah, Msi Pukau Publik Teater


Pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) Persatuan Artis Teater Sulawesi Utara (PATSU) dan Festival Teater ke 12 yang berlangsung sejak 19-25 Juni 2005 lalu, ditutup kemarin (5/7)  oleh Gubernur Sulut Ir. Lucky Korah, Msi.
Penutupan kegiatan yang berlangsung sukses tersebut ditandai dengan pelantikan pengurus PATSU periode 2005-20l0 dan penyerahan hadiah kepada para pemenang Festival Teater.
Terpilih sebagai Ketua Umum PATSU yang baru Dra. Jetty Pulu, Msi, sedangkan yang menempati posisi Sekretaris Umum Frangky Kalumata. Sementara sejumlah peteater kondang Sulut seperti, Iverdixon Tinungki, Richard Rhemrev, Ir. Wolter Piri, Jhon Piet Sondak, Frangky Supit, Drs. Jusuf Magulili, masuk jajaran pengurus PATSU Yang baru  tersebut.
Kegiatan yang berlangsung meriah dan penuh rasa kekeluargaan itu dimeriahkan pementasan teater dekonstruksi yang sangat indah oleh Grup Teater Si Do yang mengusung lakon berjudul “Julieta” sebuah naskah adaptasi oleh pengarang kondang Iverdixon Tinungki dari cerita “Romoe and Julieta” Karya pengarang Inggris William Shakespeare. Pementasan bernuansa opera itu dibintangi Gisye Woimbon, SS yang baru dinobatkan sebagai Aktris Terbaik Teater 2005, dan disutradai Vick Chenoree, sutradara terbaik 2005.
Sementara Gubernur, Ir, Lucky Korah, MSi, dalam sambutannya tidak saja menyatakan ketertakjubannya ketika menyaksikan pementasan “Julieta”.  “Saya terkejut dan kagum melihat ferformen teater Sulut seperti ini. Saya tidak menyangka kalau teater di Sulut sudah sebaik ini,”papar Korah. Di depan ratusan publik teater Sulut itu, Korah mencoba membedah perkembangan teater dunia dan melakukan pembandingan dengan pementasan yang baru di saksikannya. “Saya menyaksikan pementasan teater berjudul Miss Saigon oleh seniman teater kelas dunia ketika dipentaskan di Kanada. Dan saya benar-benar keget menonton pementasan Julieta oleh seniman teater Sulut, yang secara kualitas tidak kalah dengan kemampuan peteater dunia,” ujar Korah.
Pada kesempatan itu, Korah pun tak tanggung. Ia tampil membacakan sebuah sajak dengan gaya teateral yang memukau, dan disambung dengan melantunkan beberapa buah lagu dengan gaya yang santai namun ekspresif. Ratusan pekerja teaterpun larut berasama dan terpukau oleh aksi ferming art ala Gubernur itu.
“Saya akan meminta gubernur yang baru terpilih dalam Pilkada untuk membangun gedung teater dengan taraf internasional di Sulut, agar potensi seni kita dapat diekspresikan kepada dunia,” papar Korah, dalam keharuan yang luar biasa. Kepada Pungurus PATSU yang baru, Korah menyerahkan dana awal organisasi sebesar Rp. 10 juta.
Setelah menyerahkan hadiah kepada para pemenang festival teater, Korah meminta semua hadirin membuat lingkaran besar sambil bergandengan tangan menyanyikan lagu : “Kemesraan”.  Gubernur dan hadirin pun larut dalam keharuan yang mendalam. Ada air mata kebahagiaan di sana. Air mata bagi kesenian kita. ***


Teater SiDo Sabet Juara Umum
Gisye-Silvester  Aktris dan Aktor Terbaik

Grup Teater SiDo yang mewakili Kabupaten SaTal  akhirnya keluar sebagai Juara 1 sekaligus juara umum Festival Teater PATSU ke l2 menyisihkan l0 grup lainnya.  SiDo yang mengusung naskah “Surat Bosias” yang disutradarai Vick Cenoree dengan mengadopsi bentuk teater Mistisisme yang langsung dikolaborasi dengan bentuk tradisi asli SaTal seperti Salo dan Sasambo, berhasil memenangkan 3 nominasi yakni Sutradara Terbaik, Aktris Terbaik dan Grup terbaik.  Sedangkan diurutan kedua Teater Eklesia Manado, yang mementaskah naskah “Platon”, dengan gaya naturalis. Dan diposisi grup terbaik ke 3 teater SMA Negeri 4 Manado yang mementaskan naskah “Pintu” yang juga naturalis. Sedang pada posisi grup terbaik harapan masing-masing, Teater Jarum 2, Teater Petra, Teater Mesbah.
Gisye Woimbon, SS yang berperan sebagai Tunas dalam naskah “Surat Bosias” yang dipentaskan Teater SiDO berhasil meraih predikat Aktris Teater Terbaik 2005, dan Silvester Setlight yang berperan sebagai Anak dalam naskah Pintu yang dipentaskan teater SMA Negeri 4 Manado, menyabet Aktor Teater Terbaik 2005. Sedangkan Aktor dan Aktris pembantu terbaik diraih masing-masing, Andi Rhemrev dari teater Eklesia dan Rifka dari Teater Jarum 2.
Posisi Sutradara terbaik dimenangkan oleh Vick Chenoree dari Teater SiDo dan Penata Artistik Terbaik Stive Sundamen dari Teater Eklesias.
Iverdixon Tinungki, Ketua Dewan Juri Feastival Teater yang berlangsung sejak 19 hingga 25 Juni 2005 itu dalam ulasannya mengatakan festival teater kali ini menyuguhi suatu resepsi teater yang sangat mengagumkan oleh 10 Grup teater peserta dari Manado, Minahasa, dan Sangihe Talaud. 
Mengapa mengagumkan? Dari sisi kwantitas, tandasnya,  jumlah peserta 10 grup tentu bukan bilangan yang banyak dibanding momentum festival yang sama di kurun tahun 70-an hingga 80-an. Tapi, dari sisi kwalitas, Festival Teater Patsu 2005 ini memiliki getaran kemajuan yang cukup penting bagi konstalasi perteateran di Sulawesi Utara.
Hal itu katanya, ditandai oleh munculnya kreator teater yang masih muda belia, tapi memiliki keberanian luar biasa merambah  jalan teater kontemporer dengan nomor-nomor eksperimental yang serius dan menakjubkan untuk ukuran lidah teater orang Sulut yang terbiasa dengan seni instant.  Seni hiburan yang oleh para psycolog disebut sebagai upaya orang untuk menghibur diri sampai mati. Seni yang memerangkap manusia menjadi hedonist.
Dijelaskannya, terjadi lompatan luar bisa dari bentuk ekspresi teater dalam festival ini,  adalah adanya keragaman aliran dan bentuk.  Kebiasaan teater realisme yang trend dikisaran 70-80-an mulai mendapatkan pengembangan yang luar biasa dengan munculnya bentuk-bentuk teater Naturalisme, teater mistisisme, Teater Simbolik, Teater Dekonstruksi atau teater Post Modernis. Dan nomor-nomor sendratasik serta teaterisasi puisi.  Keragaman ini, katanya, tidak terjadi di kurun sebelumnya.
Itu sebabnya, jelas Iver- sapaan akrabnya- momentum festival ini punya arti penting, bukan saja pada dunia teater di Sulut, tapi pada para pengambil kebijakan baik di bidang kesenian juga di level pemerintahan.  Dunia kesenian kita sedang bergerak maju, tapi apa kemajuan ini diikuti oleh kesadaran para pengambil kebijakan itu untuk melakukan suporting bagi upaya pembentukan budaya bangsa ini.  Tentu hal ini menjadi sebuah renungan lanjutan ***

1 komentar:

  1. Makase kak Ipe untuk ulasannya...
    So lama mo cari dpe berita ato foto2

    BalasHapus