Selasa, 04 Oktober 2011

TATEHE WOBA (Puisi Iverdixon Tinungki)


Mawu i Tatehe
tau nakatehe woba
nakamara taghaloang

terbanglah bangau putih di langit tahuna
perkawinan purba pontoralage dolongsego
melahirkan pangeran utusan musim tujuh
Tatehe Woba istana teluk benteng cahaya

air payaow ladang bakau
ganggang rawa teluk lumpur
buaya intan menyair raja
mantra pasir mengeringkan benua

hitunglah hari seperti datuk tua
tujuh saghe berkahi perkasa
tujuh huabe mengajar bijaksana
apa artinya harta istana
bila rakyat tak bersua air murah

bulan penuh mengantung di puncak tanjung
kebesaran daulat kerajaan Tahuna di tahbis waktu
menghalau letih zaman menggantang sunyi
yang dulu ditanam penjajah memagari mimpi

sinar tahuna pun memancar ke lautan
mengisi angkasa sejarah kerajaan lautan
paduka menghadang kapal belanda
karam dan tenggelam di pantai kolongan

ini sejarah kasatria dalam kitab laut kita
yang dulu diarak dengan bendera kemenangan
disepanjang pantai yang bersimbah darah peperangan
yang kini kita ancung dikepal bangga

tujuh saghe, tujuh huabe
menitik darah datuk tua
dalam pasir dilepas benua
berkilau tujuh kerajaan samudera

2006
*) Tatehe Woba, Raja, pertama kerajaan Tahuna. Memerintah pada 1580-1625. Ia adalah cucu dari raja kerajaan Siau, Lokonbanua II dari putrinya, Dolongsego. Ayahnya Potoralage, seorang kulano di pulau Sangihe. Raja Tatehe, dikenang sebagai raja yang sakti yang mempu mengeringkan rawa teluk Tahuna dengan segenggam pasir, hingga menjadi daratan kota Tahuna saat ini. Ia juga seorang pemimpin perang laut yang tangguh, ketika menghadapi kapal perang VOC di pantai Kolongan. Armada laut VOC pun tenggelam di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar