Senin, 17 Oktober 2011

REPERTOAR HUJAN ( Puisi Iverdixon Tinungki)


Kisah yang mengental
Melontarkan repertoar hujan
Hingga laut menjadi sembab di hatimu
Dan wajahmu yang basah tak saja oleh airmata itu
Susah kuhapus dengan sekadar kata cinta
Karena kamu tak ingin menoleh dari masa lalumu

Itulah laut dan langitmu
Tubuhmu yang bercahaya
Kau biarkan menengadah senja yang merinai

Dan aku tak bisa memilih perahu yang mana
Untuk sampai ke matamu yang sesungguhnya teduh itu

Hariharimu adalah irisan biola yang menyayat
Hingga burungburung tak bisa mencicit kerna ngilu
Batubatu mengeras dan menumbuhkan lumut
Pada setiap kata yang ingin kuucap padamu

Ketika kau siurkan pesan di tawa yang kau katub
Apa yang dapat kutuliskan padamu
Selain gemericik air dipermukaan laut yang menyemu
Dan kakikaki siput yang kecil menyeret cangkangnya
ke liang yang menyembunyikan debur
Itulah laut dan langitmu

Di tengah alam yang basah
Aku tak menemukan jejak
menuju kata yang pula kau sebut cinta

halilintar di manamana
menghanguskan kebranian lelaki ini

lihatlah betapa beku semuanya
tanjung yang kisut menjadi samar
kecuali tubuhmu yang tetap bercahaya
kau biar menengadah ke langit tua itu
yang tak bisa kuraih bila sekadar mengucap cinta
kecuali menanti tolehan
yang belum tentu tiba
saat ajal menyiapkan aku sebuah kereta

Manado, 7 Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar