Selasa, 04 Oktober 2011

KAKALUMPANG ( Puisi Iverdixon Tinungki)


kukur kelapa terkukur hatiku
anakanak gadis melepas selendang pergi ke dapur
menunggang kakiraeng senandungkan puisi agar cinta bersampai
perjaka datang meremas minyak menanti cinta melambailambai

berdendanglah tradisi upung tautkan cinta merindurindu
puisi berganti kerlingan, menari di mata meresap ke impian
pabila bulan sampai ke tanggal hitungan, datanglah kasili berkahi nikah
pesta di gelar tujuh malam, pertanda berkah berkelimpahan

kakalumpang lagi dipentaskan berisi syair goda menggoda
di pelaminan raja dan ratu bersanding rasa
elok pesta diukur pantun tak habis-habisnya
pabila bulan sampai ke tanggal hitungan
inang bersandung tidurkan cucunya

kakalumpang seribu tahun mengkukur hatiku
dari dongengan ibunda mengajar memerah santan
menjadi minyak memoles uniknya peradaban
pabila bulan sampai ke tanggal hitungan, kurindu istriku bersyair
serupa inanginang:
“menyatakan cintanya senantiasa terentang”


2008

*) Kakalumpang adalah tradisi sastra lisan Nusalawo purba yang dinyanyikan saat mengukur kelapa. Musik yang mengiringi nyanyian itu adalah bunyi yang ditimbulkan saat mengukur kelapa. Berisi syair-syair kelakar (Syair nalang) yang menghibur serta syair-syair cinta yang menggoda hati. Tradisi ini dimaksudkan agar para pekerja pengukur kelapa melupakan rasa penatnya menghadapi pekerjaannya. Dalam perkembangannya Kakalumpang menjadi seni pertunjukan di kerajaan dan kenduri di masyarakat.

1 komentar:

  1. Ditempat saya (Mandar, Sulawesi Barat) ada juga tradisi dengan bersyair, namanya Tradisi Kalindaqdq, alhamdulillah tradisi ini masih sering di jumpai pada ada acara-acara tertentu, seperti Khatam quran, menyambut tamu istimewa, hingga acara pengantin.

    BalasHapus