Minggu, 30 Oktober 2011

Sehangbalira *) (Puisi Iverdixon Tinungki)


betapa nista dayang wanita bila jatuh cinta
kepala raja bisa dipancung membayar asmara

Alahumbeli menidurkan raja Tolosang di pangkuannya
rebah pula langit Manganitu di gua purba
o, betapa mahal rias keindahan rupa perempuan ini
hingga wangi gunung lembahlembah Manganitu
tersuruk di pucuk dada dalam liar ombak teluk
yang penuh gairah menghujam liangliang batu
dan lelap bersama raja di punggung khianat Sehangbalira

raja Buntuang mengirim algojo
menebas batang leher raja Tolosang
tertebas pula batang tiang Manganitu
menampiaskan darah ke pipi adinda ratu dan pengeran
meleleh di kakikaki sejarah rakyatnya

orgasme penghianatan menghamilkan pikiran jadah
raja Buntuang dayang Alahumbeli berpesta rasa
kepala raja Tolosang telah dibawa ke Tahuna
dari medan perang tanpa keperkasaan

tersebutlah budak sahaya Salompito
mengambil pulang kepala rajanya
bukan karena ingin menjadi orang merdeka
semata pengabdian seorang hamba
mengubur tuannya dengan penuh kehormatan

Raja Buntuang geram kehilangan kepala tawanan
malu ia dicemooh seisi kerajaan
dikirimnya Pulungtumbage adiknya berperang
Lantemona menenggelamkannya di rawa Manganitu

hutan gunung Sehangbalira pun mengetarkan
nyanyian kekalahan yang resik di rimbun bambu
menebarkan merang memerahkan hati Buntuang
ditebasnya pula batang leher semua laskarnya
menutup kisah Sehangbalira penuh darah

2004

Sahangbalira, adalah sebuah gunung kecil di wilayah Manganitu, pulau Sangihe. Tempat ini sempat dipersengketakan antara kerajaan Manganitu dan kerajaan Tahuna.  Pasalnya, Raja Buntuang  (1625-1665) dari kerajaan Tahuna menjadikan Sahangbalira sebagai tempat persembunyiannya dari ancaman tentara VOC akibat tenggelamnya kapal perang VOC di pantai Kolongan, oleh pasukan kerajaan Tahuna dimasa ayahnya, Raja Tatehe Woba, berkuasa (1580-1625). Sebagai pemilik gunung Sahangbalira, kerajaan Manganitu di bawa raja Tolosang  (Liuntolosang) yang berkuasa pada 1600-1645, tentu tidak bisa menerima daerah kekuasaannya diambil begitu saja oleh raja Buntuang. Mereka pun berperang, dan berakhir dengan terbunuhnya raja Tolosang karena penghianatan Dayangnya sendiri (Alahumbeli) yang telah bekerjasama dengan raja Buntuang.  Kepala raja Tolosang di pancung algojo kerajaan Tahuna ketika ia tertidur lelap saat Alahumbeli dayangnya mencari kutu di kepalanya (tahun 1645). Kepala raja Tolosang pun di bawah ke Tahuna, tapi kemudian diambil secara diam-diam oleh Salempito (seorang budak raja Tolosang). Kejadian itu, membuat raja Buntuang mengirim adiknya  Pulungtumbage memimpin pertarungan di Manganitu. Tapi Lantemona, anak dari Raja Tolosang berhasil mengalahkannya di rawa Manganitu. Kekalahan itu membuat Raja Buntuang membunuh semua laskarnya yang tersisa. Semenatara raja Manganitu, Tompoliu  (anak dari raja Tolosang),yang memerintah tahun 1645-1670,  memberikan kemerdekaan pada Salempito dari posisinya sebagai budak.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar