Sabtu, 29 Oktober 2011

PERI CAHAYA (3) (Puisi Iverdixon Tinungki & Video)


Semalaman aku menjelajahi malam
Di titik nol kota
Mengintai jalanan senyap
Dan waktu yang lelap di pucuk pohon berdaun merah

Ia tak di sana
Kemana ia
Penyair
Yang selalu berkisah tentang peri cahayanya

Codot yang lelah
Kelelawar menggelantung di cabang kapuk tua
Burung hantu hitam
Bersuara serentak seperti tangisan

Di landai boulevard
bau laut itu
asin
mengental
dilontar angin mengencang tibatiba

penyair itu harusnya di sini
lelaki yang selalu membiarkan rambutnya bergerimis
oleh kisahkisah cintanya
yang diurainya seperti langit menebar bimasakti

kemana ia
jejaknya pun tak ada
tak ada yang tahu ia kemana
kecuali langit dan tanah tapi tak bisa bersuara

semalaman aku menjelajahi malam
hingga malam habis dimakan cahaya
codok yang lelah
kelelawar yang menggelantung di cabang kapuk tua
burung hantu hitam
serentak dihalau bunyi serine
yang juga membawa pergi bau laut itu
ke liang makamnya

Manado, 11 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar