Minggu, 09 Oktober 2011

RITUS TOAR - LUMIMUUT (Sendratari oleh Iverdixon Tinungki)


BAGIAN  SATU

-         Panggung masih kosong. Sebuah lampu sorot warna merah dari bagian tengah atas panggung  menimpa sebuah gundukan hitam di lantai panggung.
-         Musik irama mistis Minahasa menyeruak ke dalam senyap panggung, lalu mengiringi pembacaan prolog.

Narasi :
Ribuan tahun. Ketika abad-abad belum dikenal. Ketika peradaban dan sejarah belum dimulai.  Karena sejarah dan peradaban adalah milik manusia. Empung Ilahi, Opo Wananatas, sesungguhnya telah mencipta dunia.  Bumi Emung adalah negeri ini. Emung ilahi, yang bermakna bumi Tuhan telah dihamparkannya dengan indah berhias bukit, gunung, lembah, sungai, laut, hutan rimba, satwa, dan burung-burung, kupu dan anoa, ular dan manguni, ikan dan kerang. Benga-bunga dan pelangi. Kehidupan itu bergerak geriap dalam simphoni musik Tuhan. Tapi siapa yang akan memaknakan keindahan senyap ini? 
Koreografi 1        :
Gundukan di tengah panggung itu kemudian bergerak mengikuti irama musik mistis. Ia sebentuk kehidupan yang datang dari dunia maya, yang lama kelamaan setelah kain-kain penutupnya lepas, tampak sosok wanita  tua yang penuh keanggunan.  (lampu-lampu panggung lainnya mulai menyala hingga panggung kelihatan penuh)  Wanita itu terus bergerak dalam irama mistis seperti menatap dan memeriksa alam sekelilingnya.  Ia tampak merespons dan bahagia melihat alam sekitarnya. Kadang ia memainkan bunga-bunga. Dan mengetuk patahan bambu hingga menimbulkan bunyi. Ia pun menari dalam bunyi ketukannya.

Narasi :
(Sementara ia menari merespons alam yang disaksikannya narasi ini dibacakan)  Sejarah dimulai. Peradaban bermula. Empung Wawanatas  mengutus Karema, perempuan pilihan Tuhan untuk mengikwali catatan kehidupan manusia di bumi Emung. Semua yang dilihat dan dipandangnya adalah baik adanya.  Karema memulainya di gunung Emung. Ia mengabar pada Tuhan dalam doa dan sabda-sabdanya, agar Empung Wananatas berkenan merentas kehidupan manusia di bumi Emung. Dari ritus doa Karema, Opo Wananatas menganugerahkan ia seorang anak manusia yang kemudian dinamakan Lumimuut.

Koreografi 2 :
Tarian Lumimuut menyambut dunia, dibimbing Karema dengan penuh kasih sayang.  Mereka menjelajah bukit dan lembah, mengenal semua pelosok Emung. (Hingga EXIT)

Narasi  :
(Dibaca pada kreografi 2) Lumimuut adalah sinar kecantikan dan keelokan bumi Emung.   Seiring detakan waktu Lumimuut  tubuh menjadi gadis menawan. Bersama Karema mereka mengelilingi seluruh belahan bumi Emung, dimana satu saat tempat-tempat itu akan mengalir peradaban agung.

BAGIAN KEDUA


Narasi :
          Tuhan selalu punya rahasia Agung dalam kehidupan manusia. Sebuah misteri yang hanya tersimpan dalam kitab keabadianNya. Logika pun tak mampu membedah makna etikaNya. Ia empunya kehendak satu-satunya.
          Dari sabda agung itu, lewat kandungan Lumimuut yang tertidur di batu puncak gunung Emung, lahirlah Toar. Detakkan waktu pun membimbing ia menjadi dewasa dan perkasa.

Koreografi 3 :
Tarian kasih sayang Toar-Lumimuut.  Hingga Karema kemudian memisahkan mereka untuk perjalanan Toar mengelilingi Emung dengan membawah sebuah tongkat tuis sebagai tanda kepada Toar dan Lumimuut yang didalam terkandung maksud bila suatu saat nanti tongkat itu tidak sama panjangnya lagi maka mereka bisa menikah untuk meneruskan sejarah dan peradaban..
Dalam perjalanannya, Toar dibimbing dan belajar dari alam segala sesuatu tentang kehidupan dan keperkasaan. Menombak, berburu dan perang dengan binatang buas. Di tengah alam ia menjadi dewasa dan perkasa.

Narasi :
Peradaban dan sejarah harus berjalan. Toar ditempa oleh alam hingga menjadi manusia dewasa. Ia tumbuh menjadi putra pelindung bumi Emung. Tongkat tuis penanda ibu-anak  dibawanya. Dan Wananatas mengisyaratkan pesan  kepada keduanya. Tongkat itu memanjang, membedakan tanda ibu-anak.

BAGIAN KETIGA


Koreografi 4 :
Pada suatu senja ketika Karema dan Lumimuut sedang menumbuk padi. Mereka dikagetkan kedatangan Toar. Lelaki itu telah berubah dewasa. Sedangkan Lumimuut tetap awet mudah seperti sediakala. Ibu Anak itu tak saling mengenal lagi, hanya Karema yang tahu rahasia Wananatas. Mereka saling jatuh cinta. ketika Tongkat diukur panjangnya telah tak sama.

Narasi        :
Waktu dan detakan jam telah mengubah segala. Bumi berputar menghapus ingatan. Ini Rahasianya Tuhan. Tongkat penanda ibu anak diukur tak sama penanda mereka bisa menikah sekehendak alam dan maha pencipta.
Koreografi 5 :
Pesta pernikahan dipandu Karema menghadap segala penjuru bumi Emung. Dipercik air daun tawaang di siram bebunga aneka warna.
Pagi, siang, petang dan malam, mereka saling memadu asmara.

Narasi :
Tuhan menikahkan manusia untuk sebuah sejarah dan peradaban.  Lumimuut lambang ibu dan kasih sayang. Toar adalah pahlawan penjaga bumi dan dunia anugerah Tuhan. Keduanya menyatu dalam keselarasan menjaga segalanya dalam kedamaian. Dari mereka mengalirlah sejarah suku-suku Minahasa, anak-anaknya membagi daerah dalam perjanjian batu perdamaian di bukit Emung Pinabetengan. Berabad-abad kisah ini menjadi mitos dan legenda. Tapi dari Emung itu kini bernama Minahasa. Leluhur Toar-Lumimuut menjadi lambang, bahwa Toar dan Lumimuut baru harus hadir mengisi sungai sejarah  Menjadi ibu dan penjaga tanah ini hingga tetap dalam damai dan sejahtera.

BAGIAN  KEEMPAT


Koreografi 6 :
Konfigurasi Toar-Lumimuut baru dalam membangun negeri Minahasa yang dilakukan dalam berbagai perlambangan masa kini. (ekspresi bebas).

Narasi :
Dari sembilan anak Toar-Lumimuut, kini sungai sejarah telah melahirkan ribuan Toar Lumimuut baru. Putra-putri perkasa yang terpanggil menjaga negeri. Pesona dan kebaikan ada padanya. Kecerdasan dan kearifan harus dikerjakannya.
Inilah peserta pasangan Toar – Lumimuut dari cucu dotu Totemboan.

BAGIAN KELIMA


Masuk pada acara penganugerahan gelar Toar dan Lumimuut.

Tamat.,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar