Kamis, 27 Oktober 2011

THEODORA YANA ( Puisi Iverdixon Tinungki & Video)


Acap penyair tak punya kata
Buat memaknai hujan di kelopak mawar

“Apa yang ingin kau lukis pada pesta sepi itu?”

Aku membaca Justianus dalam codax Theodora yang megah
Langit yang ramai dengan pesan indah
Seakan Tuhan memilih perempuan yang dikasihinya

Bendera yang di pacak, dan seikat mawar tergeletak
Tak ada yang dapat di tulis penyair itu

“Ia memandang dengan takjub tapi tak ingin menggumam”

Aku masih ingat celoteh usia pada percakapan kita
Dan fotofotomu yang kau sembunyikan
Tapi aku suka dengan kalung bulat menggantung di lehermu

Dan kau senang saat penyair itu mulai menghafal namamu
Lalu melafalnya seperti doa hujan di pucuk mawar itu

“apakah kamu punya hosti buat sakramen hati yang gemetar?”

Sekali waktu aku ingin pesiar ke cafemu
Mungkin kau tak keberatan bila aku mengambil waktu
Membacakan sajak penyair itu buatmu

“ia tersenyum dalam siuran hati yang sulit dimengerti”

Penyair itu tiba-tiba bergegas meraih mawar di bawah hujan
Dilontarkannya ke langit bersama siuran hatinya

“Theodora Yana bila Tuhan mentatahkan satu hari buat cinta padamu
Maukah kau menerima bunga ini pengganti semua kata yang pergI?”

Penyair itu memandangku, lalu masuk ke hatiku

Manado, 7 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar