Minggu, 09 Oktober 2011

HOMBANG KARARATU TABUKAN (Drama Tradisional Iverdixon Tinungki)



PEMBUKA


SEKELOMPOK ORANG SEDANG MENYERET SESEORANG
Salah seorang :
Kau harus dipihak Pandialang.  (ADEGAN INI DILAKUKAN BERKALI-KALI KEPADA BEBERAPA ORANG)
DALAM KEADAAN BERSAMAAN. SEKELOMPOK ORANG YANG LAIN SEDANG MENYERET BEBERAPA ORANG
Salah seorang :
Kau harus di pihak Dalerosulung.
SUASANA TERUS MEMANAS HINGGA MENIMBULKAN KEKACAUAN  BEBERAPA SAAT.

SATU


SUASANA PERKABUNGAN MENYELIMUTI PANDOPO TENGAH ISTANA KERAJAAN TABUKAN. Para pelayat tengah siap menyambut keranda jenazah Raja Tabukan, Yang Mulia Mahengkalangi.
Di tengah kesedihan  itu, sesekali terdengar bisik-bisik para abdi istanah. Wajah mereka nampak tegang dan was-was.
Protokol istana :
Hadirin yang terhormat diminta untuk siap. Upacara penyambutan jenasah Raja Mahengkalangi akan kita mulai.
DARI PINTU DEPAN PENGUSUNG JENAZAH MEMASUKI TEMPAT UPACARA. BERJALAN PERLAHAN DIPIMPIN TETUA KERAJAAN.
Protokol istana :
Hadirin, mari kita kidungkan lagu : O Mawu Ruata.
O… Mawu Ruata
Talentu ko ia
Na pene u rosa, rosa masaria
Tentiro ko sisia dalengu mapia
Tanata elangngu sulalalengangu

USAI LAGU.
Protokol istana :
Kini dipersilahkan  penghormatan terakhir putra mahkota tersulung, yang mulia Dalerosulung.
DALEROSULUNG  DI DEPAN JENAZAH RAJA.
Dalerosulung :
Aku, Dalerosulung dengan segala hormat, dengan segala sembah, dengan penuh haru serta rasa sedih yang mendalam, menyerahkan Raja Mahengkalangi kepada sang pencipta, dan dengan segala kebesaran hati dan dengan penuh tanggung jawab, aku berjanji dihadapan jenasah dan dihadapan kalian seluruh rakyat negeri Tabukan bahwa saya akan meneruskan tampuk kepemimpinan baginda raja demi kejayaan bersama.

HENING SEJENAK. PANDIALANG, dan PENDUKUNGNYA MENJADI GUSAR MENDENGAR PIDATO DALEROSULUNG. ADA RASA MUAK DIHATINYA. IA DENGAN CEPAT BERSOJA DI DEPAN JENAZAH RAJA
PANDIALANG :
Aku Pandialang dengan segala hormat, dengan segala sembah, dengan penuh haru serta rasa sedih yang mendalam menyerahkan Baginda Raja Mahengkalangi kepada sang pencipta dengan segala kebesaran hati dan dengan penuh tanggung jawab akan meneruskan tampuk kepemimpinan baginda.
(MENATAP HADIRIN DENGAN ANGKUH)
Kepada kalian semua rakyat Tabukan saya berjanji dihadapan jenasah bahwa saya akan meneruskan tampuk kepemimpinan baginda raja demi kejayaan bersama. Dan untuk itu saya memperingatkan agar tak ada yang menentang keinginan saya.
PANDIALANG KEMUDIAN MENATAP DALEROSULUNG DENGAN TAJAM.
Pendukung Pandialang :
Hidup Pandialang
Hidup Raja Pandialang

MELIHAT GELAGAT PANDIALANG DAN PENDUKUNGNYA YANG MELE
WATI TATAKRAMA, DARAH DALEROSULUNG  MENDIDIH. SEMUA SALING PANDANG SEJENAK DALAM KETEGANGAN
Dalerosulung :
Seharusnya kau menanti putusan Komolanguwalage, bukan seperti ini caranya Pandialang. Kita masih di depan jenazah yang mulia.
Pandialang :
Seluruh rakyat tahu, aku berasal dari Tau Wanua Geguwa. Rumpun Tawage sudah memutuskan aku menggantikan baginda.
Dalerosulung :
Keputusan itu tidak sah. Hanya Komolanguwalage yang bisa memutuskannya.
Pandialang :
Jika kau berani menentang aku. Tentanglah… Aku sudah siap!
Pendukung Pandialang :
Hidup tuan Pandialang
Hidup Raja Pandialang

MENATAP TAJAM KE DALEROSULUNG KEMUDIAN EXIT. MELI
HAT SITUASI BEGITU TEGANG, DALEROSULUNG BERUSAHA BICARA KEPADA UNDANGAN YANG HADIR
Delerosulung :
Teruskan upacara ini !
PESAMBO MESOMBO.PENGUSUNG JENASAH  MEMBAWAH PERGI JENAZAH RAJA.

DUA


TEMPAT TINGGAL PANDIALANG.PANDIALANG SEDANG MEMIMPIN RAPAT RUMPUN TAWAGE YANG DIHADIRI PENGIKUTNYA
Pandialang :
Sombong…sombong benar dia. Di depan pembesar-pembesar istana ia berani-berani menyatakan kehendaknya menjadi raja. Apa dia pikir aku akan tinggal diam melihat kursi pemerintahan diambilnya.
Penasehat 1 :
Sikap tuan dalam upacara tadi sudah tepat. Kita tak boleh diam. Kursi kerajaan ini milik tuan. Sekali kita lengah, ia akan leluasa naik tahta.
Penasehat 2 :
Menurut saya, demi keamanan dan kebesaran negeri Tabukan, sebaiknya tuan mengambil posisi Jogugu. Sebab menurut silsilah yang benar, Tuan Dalerosulung lebih berhak atas tahta menjadi raja. Maka apalah salahnya, jika tuan Pandialang menjadi wakil raja.
Pandialang :
Penasehat! Apakah pikirmu silsilah itu benar?
Penasehat 2 :
Sudah saya pelajari dengan seksama tuan.
Penasehat 3 :
Saya tidak setuju dengan isi pikiran penasehat ini. Bagi saya kekosongan kekuasaan di kerajaan ini menempatkan semua putra mahkota memiliki peluang yang sama. Maka untuk itu, saya menyarankan tuan harus merebut tahta ini dengan jalan apapun, karena tuan punya hak atas tahta meskipun harus direbut dengan jalan perang.
Panasehat 2 :
Saya tidak sependapat jika perebutan kekuasaan itu dilakukan dengan jalan perang. Perang hanya membuat rakyat sengsara.  Haruskah kita mengorbankan rakyat untuk kepentingan kita?
Penasehat 4 :
Saya sependapat ! Jalan perang sangatlah tidak bijaksana. Kedatuan iNI akan pecah menjadi dua. Dan korban akan bergelimpangan dimana-mana. Adalah sangat gampang mengawali sebuah perang, tapi untuk menghentikannya akan sangat sulit tuan.
Pandialang :
(GERAM) Diam ! Tak ada lagi yang bicara! Kalian semua kuperintahkan untuk segera menghimpun kekuatan perang !
Penasehat 2 :
Tapi tuan ini sangat berbahaya.
Pandialang :
(TAK TAHAN MENAHAN AMARAHNYA) Laso I kau(MAJU MENAMPAR PANASEHAT 2) Pengawal…seret dan penjarakan orang ini !

(PARA PENGAWAL DENGAN CEPAT MENYERET PENASEHAT 2)
Penasehat 2 :
Aku tak takut mati Pandialang demi kedamaian kerajaan ini. Tapi jika kau memilih perang, kau akan menjadi manusia baradosa.
(PARA PENGAWAL TERUS MENYERET PENASEHAT 2 HINGGA KELUAR)

 

TIGA


TEMPAT TINGGAL DALEROSULUNG DELERO SULUNG NAMPAK GUSAR. ISTRINYA BERUSAHA MENENANGKANNYA
Boki Dalero :
Sabarlah amang. Marah yang berlebih akan berujung pada bencana. Ingat, I kau Yakang! Yakang ghanti ghagurang! Pancarkan sikap kebangsawananmu sebagai Yakang. Adik Pandialang masih mudah. Keinginannya untuk berkuasa sangat menggebuh. Ia harus disadarkan dengan cara damai bukan dengan perang.
Dalerosulung :
Tapi ia sudah menghimpun kekuatan istriku. Ia memilih jalan perang untuk memperebutkan tahta kerajaan ini. Hal ini tak bisa dibiarkan. Jika dibiarkan, ia akan menjadi semena-mena.
Boki Dalero :
Undanglah dewan adat Komulanguwalage. Biar mereka memutuskan siapa yang menjadi raja. Ingat suamiku,  sebuah tahta yang dibangun diatas darah sanak saudara tidak pernah mendatangkan bahagia. Kita harus mewariskan sikap suci bagi anak cucu tanah Sangihe dimana lebih baik kita jadi rakyat jelatah yang tak tercelah dari pada jadi pemimpin bergelimang dosa.
Dalerosulung :
Istriku, Banehaku bijaksana, betapa empung telah menitiskan cinta laksana intan di hatimu. Kini kulihat lagi kilaunya, menjernikan pikiranku. Terima kasih istriku atas saranmu yang elok budi itu.
Boki Dalero :
Istri kencana adalah pembawa angin surga ke rumah. Ia harus membenihkan kasih sebagai pancaran kemuliaan wanita. Itulah tugasku suamiku! Tak kau puja pun aku harus demikian adanya.
Dalerosulung :
Tak sia-sia kujemput kau dari segala laut. Tak kusangka Taghaloang kirimi aku istri dari pernik mutiaranya yang terbaik.
(MEREKA BERPELUKAN PENUH KASIH)

EMPAT

DISEBUAH GOA. SEORANG MATATIMADE MASUK SAMBIL MEMBAWA PERLENGKAPAN RITUSNYA DAN MENGAMBIL POSISI LALU MULAI MEMBACAKAN DOA-DOA
Timade :
Oh ….. Ruata, tanpa engkau kami tak punya arti apa-apa seperti sebutir debuh diatas bukit tandus, yang tak kuasa membendung topan.

KOMAT-KAMIT DENGAN GERAK MAGIS, MENABURKAN KEMENYAN DI SEBUAH BOKOR HINGGA MENGELUARKAN ASAP
Timade :
Inilah sembahan kami wahai sumber kekuatan agar negeri ini tetap dalam pemeliharaanMu wahai ruata
TIBA-TIBA DARI POSISI KIRI MASUK PESURUH PANDIALANG
PASURUH P:
Tabea Matatimade ! maaf pulunggu mengganggu ketenangan Upung !
Timade :
Ada apa gerangan, hingga pulung menjumpai aku?
PASURUH P :
Pulung ini utusan Pandialang untuk menemui para Matatimade para yupung yang merupakan tua-tua adat negeri sebab sekarang ada urusan besar dinegeri Tabukan ini yang perlu segera  diselesaikan.
Timade :
Aku sudah tahu maksudmu !
PASURUH P :
Karena upung sudah tahu maksudku, kami harap kiranya upung dapat bergabung dengan Pandialang.
Timade :
Aku bukan menolak, tapi seperti tua-tua adat yang lain kami tidak ingin mendukung sua
tu kekuasaan yang tidak dilandasi oleh hasil musyawarah mufakat Komolanguwalage.

DARI POSISI KANAN PENTAS MASUK PESURUH DALEROSULUNG
PASURUH  D :
Tabea Matatimade, aku begitu lancang menemui upung !
Timade  :
Siapa gerangan kau ?
PASURUH  D :
Pulung utusan Dalerosulung !
Timade  :
Tentunya kau punya maksud yang sama seperti utusan Pandialang ini bukan ?
PASURUH  D :
Kalau dia ini utusan Pandialang tentunya kami mempunyai maksud yang sama dan perlu upung ketahui bahwa yang lebih berhak menduduki tahta kerajaan Tabukan ini adalah Dalerosulung.
PASURUH  P :
Jaga mulutmu ( MENUDING ) Pandialang-lah yang lebih berhak karena dia juga keturunan raja  negeri ini.
PASURUH  D :
Dalerosulung yang lebih berhak dari Pandialang sebab dia anak dari Yudha I yang pernah memerintah negeri ini.
PASURUH  P :
Pandialang harus tetap harus jadi raja negeri Tabukan ini dan kami siap berperang jika ada yang berani menghalangi !
PASURUH  D :
Kami juga siap menghadapi siapapun yang merongrong kewibawaan Dalerosulung !
PASURUH  P :
Kalau kau berani mari kita coba kemampuan !
PASURUH  D :
I kau pia Banehane, Ia lai pia banehaku!
Pesuruh P :
Ual patah ual kau patah siri, Ual patah ual kau patah siri, Ual patah ual kau patah siri
Pesuruh D :
Kengkungku kengkung batu, Ihaku iha I baginda alim, Daku kokang lumause, Bisa maka pate
(SIAP BERKELAHI)
Timade  :
Tahan ! jiwa kalian terlampau panas dan mudah menimbulkan kehancuran, bibit perpecahan, bibit permusuhan cuma itu yang kalian semat dalam jiwa. Maksud kedatangan kalian adalah membujuk aku untuk bergabung dengan salah seorang junjungan kalian, mengapa harus kalian yang bertengkar ……. Inilah akibatnya jika manusia tidak lagi menghormati warisan adat musywarah mufakakat Komolanguwalage.
PASURUH P DAN PASURUH D SALING PANDANG GANAS KEMUDIAN EXIT

 

LIMA


DI SEBUAH PESISIR AGAK SUNYI. SEORANG GADIS MEMASUKI PENTAS
WAWU SIA :
(AGAK TAKUT) Opo Indone ! ( MOVING KIRI KANAN) Opo Indone apa kau sudah datang !
OPO INDONE :
( SEORANG PEMUDA , MASUK BERJINGKRAK DIBELAKANG WAWU SIA)
WAWU SIA :
Opo Indone, dimana kau, apa kau dengar suaraku ! Opo Indone !
OPO INDONE :
(KOCAK) Oh wawu sia yang cantik, aku sudah datang dihadapanmu, sebab rinduku begitu dalam, dan hampir membuatku pingsan ! apa kau juga merasakan apa yang kurasakan ?
WAWU SIA :
(AGAK MALU) tentu, sebagai seorang wanita kami punya perasaan lebih peka dari seorang pria.
OPO INDONE :
Itu betul, pada suatu masa nanti wanita akan melebihi pria dalam kemampuan, kecuali kodrat kewanitaanya. Eh …… kita sudah beberapa mingu tidak jumpa, apa gerangan kabar hingga kau memanggilku.
WAWU SIA :
Opo Indone apa kau tidak tahu perkembangan negeri tabukan ini, dimana-mana terjadi saling hasut diantara pihak pandialang dan Dalerosulung sehingga sampai menimbulkan perkelahian diantara rakyat. Tabukan sudah pecah menjadi kelompok Utara dan Selatan.
OPO INDONE :
Saya tahu, bahkan saya dipaksa orang tuaku untuk juga terlibat dalam suasana ini !
WAWU SIA :
Jadi bagaimana sikapmu ?
OPO INDONE :
Sebagai seorang laki-laki sebenarnya aku harus juga terlibat dalam urusan perjuangan negeri, tetapi susana di negeri tabukan ini sepertinya dipanasi oleh ambisi-ambisi pribadi, tidak ada lagi kesatuan sikap demi terciptanya suasana aman sentosa yang merupakan wujud keindahan negeri, sebab tanpa kesadaran akan persatuan mustahil negeri kita ini akan sampai pada kemakmurun.
WAWU SIA :
Dan sepertinya, suasana negeri kita ini akan juga merembet pada hubungan kita…….(AGAK SEDIH)
OPO INDONE :
Apa yang kau maksud wawu !
WAWU SIA :
( MOVING KESUATU SUDUT) lambat namun pasti, permusuhan negeri juga akan jadi permusuhan kita, juga permusuhan diantara keluarga kita.
OPO INDONE :
Aku tidak mengerti apa yang kau maksud wawu !
WAWU SIA :
Apa kau tidak tahu, bahwa orang  tuaku memihak Pandialang dan aku sudah tahu orang tuamu memihak Dalerosulung, sudah pasti suasana ini akan memutuskan hubungan cinta kita (EKSPRESI SEDIH)
OPO INDONE :
Wawuku sayang … cinta itu tidak mengenal ruamg dan waktu dan dia tak dapat dibendung oleh dinding atau jarak, cinta itu karunia Opo Ruata yang paling agung bagi kita orang muda.
WAWU SIA :
Tapi cinta juga beranjak dari kenyataan hidup. Kau sunaungku, Ia sunaungu,  ikite medandingang sarang tempong bahagia dingangu bawera, somahe kai kehage, tapi bisakah kita menempuh semua itu sementara negeri dalam keruh.
OPO INDONE :
Wawu ikadua haruse mudorong talentu u Ruata, untuk somahe apangu selihe pabawiahe sebab dengan kembali kepada Tuhan kita akan menemui kedamaian.
WAWU SIA :
Tapi aku takut opo, cinta yang telah tumbuh dihatiku ini akan hancur, keraguan ini sudah semakin terasa dan menggelisah dalam jiwaku.
OPO INDONE :
Aku mengerti dan aku juga merasakan !
WAWU SIA :
Kau sudah mengerti dan merasakan apa juga yang kurasakan bahwa suatu saat kita akan dipisahkan oleh kedua orang tua kita, dan kita tidak mampu melawan ikatan adat.
( DARI LUAR MASUK MATATIMADE  YANG TERBAHAK MENDENGAR PERCAKAPAN DUA INSAN YANG DILANDA CINTA
Timade :
( TERBAHAK ) Jika cinta bersemi dia akan bergelora bagai ombak dilaut, yang berhempasan, berdeburan dengan begitu lincah dan hidup .. (TERKEKEH INDAH )
OPO INDONE :
Upung kemanakah gerangan upung malam begini !
Timade  :
Mencari damai yang telah tersingkir dari negeri kita.
OPO INDONE :
Upung ikai dua pulung, mohon ampun pada upung sebagai tua adat negeri ini, jika adat salah yang kami langgar.
Timade  :
( TERBAHAK ) Saya bangga pada kalian berdua yang masih menghormati adat, tapi kalian berdua tidak bersalah, Tawe nu nedosa kai,  aku telah menguping pembicaraan kalian berdua, dan saya bahagia sebab kalian terlibat cinta yang tidak menyalahi adat cucuku Indone dan Sia …. Sayang cinta kalian yang merupakan karunia Ruata itu sebentar lagi akan berantakan.
WAWU SIA :
Mengapa cinta kami harus berantakan upung .
Timade :
Ayahmu Wawu Sia, dan ayahmu Indone sedang berdiri pada dua kutub yang saling berlawanan dan tadi mereka menemui aku, dan  nyaris  saling menumpahkan darah.
WAWU SIA :
Sampai begitukah upung ?
Timade :
Ya ….. begitulah jika pikiran termakan hasutan dan tidak bersandar pada Tuhan, gam
pang tergoda dan pikiran menjadi kotor dan panas. Tapi aku berpesan …. Pupuklah cinta kalian sebagai perlambang bahwa cinta kasih itu adalah lambang tertinggi dalam kehidupan manusia.
(EXIT ). ( MEREKA BERDUA MENATAP MATATIMADE DENGAN HARU )
OPO INDONE :
Wawu sia aku berjanji untuk tetap setia padamu.
WAWU SIA :
Aku juga berjanji untuk tetap setia padamu ( EXIT ).

ENAM

SUASANA DITEMPAT DALEROSULUNG. TAMPAK DALEROSULUNG DENGAN PASUKANNYA SIAP BERPERANG
DALEROSULUNG :
Kita sebenarnya tidak menginginkan perang tapi Pandialang berkeras untuk saling adu kekuatan jadi kini kita harus siap bertempur ! Tekadku sudah bulat ini disebabkan karena Pandialang sekarang telah siap menyerang kita. Kilate …. Apa pasukan telah siap !
PASURUH D :
Kami telah siap tuang, segalanya tinggal menunggu perintah dari tuang dan para pasukan telah menunggu di luar sana.
DALEROSULUNG :
Kilate …. Kita harus bertempur sampai tetes darah terakhir, jika tidak kita akan dilahap pasukan Pandialang, tekad kita hanya menghancurkan Pandialang. Jangan ganggu rakyat biasa. Ingat!
KURIR :
Ampung tuang, baginda raja Kerajaan Manganitu sedang menuju kemari.
DALEROSULUNG :
Baginda Takaengetang ? ( KURIR MENGANGGUK ) Jemput Baginda ( DARI LUAR MASUK BAGINDA TAKAENGETANG )
DALEROSULUNG :
Untuk apa baginda Takaengetang datang kemari, mungkin baginda sudah tahu keadaan di sini.
TAKAENGETANG :
Saya mendengar ada pertikaian dinegeri ini, maka sebagai tetangga dari negeri Tabukan, saya sebagai raja negeri Manganitu tidak tenang, saya harus datang kemari, kiranya kedatangan saya ini bisa mengurungi niat perang yang telah menyala di negeri ini. Apalagi kau Dalerosulung masih saudaraku diantara kita masih ada ikatan darah maka saya minta perang ini harus dihentikan disini.
DALEROSULUNG :
Baginda Raja Takaengetang maafkan saya.  ( BICARA KE KILATE ) Kilate segera kirim utusan kepada Pandialang untuk berembuk disini.
PASURUH D :
Baik Tuang ( EXIT ).
DALEROSULUNG :
Terima kasih atas kedatangan tuang raja Takaengetang yang telah membuang langkah dan waktu dari jauh di negeri Manganitu cuma sekedar menolong kami, kami bahagia atas kedatangan ini.
TAKAENGETANG :
Sudah menjadi kewajiban bagi kita para putra negeri untuk membina kekeluargaan agar tercipta suasana damai dan selalu bersandar pada ruata yang Tuhan Mahakhalik, sebab dengan itu negeri luar akan terkesan dengan pesona keindahan negeri kita, baik itu keindahan hati manusianya, keindahan alam negerinya terpelihara. Inilah sumber ketentraman yang telah dikaruniakan ruata yang perlu kita jaga .
PANDIALANG  TIBA BERSAMA PENGAWALNYA.
PANDIALANG :
Tabea Tuang raja Takaengetang apa maksud hingga saya diundang.
TAKAENGETANG :
Adik Pandialang dan Dalerosulung, kedua adik saya pertemukan adalah untuk berembuk, agar tidak terjadi pertumpahan darah di kedua belah pihak. Carilah satu jalan yang sehat, untuk ketentraman negeri.
DALEROSULUNG :
Saya kira usul ini baik.
PANDIALANG :
Saya tidak terima usul ini, sebab saya lebih berhak atas tahta Tabukan, dan Dalerosulung telah menghasut rakyat untuk mengungguli saya, maka saya sudah bertekad untuk perang.
DALEROSULUNG :
Aku tidak menghasut rakyat, tapi rakyat tahu siapa yang harus duduk disinggasanah negeri ini.
PANDIALANG :
Tapi kau bujuk para pengikutku untuk berpihak padamu.
DALEROSULUNG :
Aku tidak membujuk pengikutmu Pandialang.
PANDIALANG :
Kau jangan menyangkal, secara licik kau mempengaruhi mereka agar mereka mendukungmu, yang sebenarnya tidak punya hak untuk duduk di singasana.
DALEROSULUNG :
Pandialang kau jangan menghina aku, aku bisa naik darah Pandialang.
PANDIALANG :
Segalanya jelas dan benar, dan ini bisa dibuktikan dengan perang tanding secara ksatria diantara kita berdua.
DALEROSULUNG :
Pandialang aku terima tantanganmu itu … ayo ….
PANDIALANG :
Ayo… ( KEDUANYA TURUN KEARENA SIAP ADU KEKUATAN)
TAKAENGETANG :
Tenanglah … ( KEDUANYA SPONTAN BERHENTI ) begini kedua adik yang saya kasihi … jika adik berdua ingin jadi raja, maka sepanjang sejarah belum pernah sebuah kerajaan dikendalikan oleh dua orang raja kecuali bergantian. Karena itu saya mengusulkan agar adik berdua berlomba dengan perahu mengelilingi pulau Sangihe Besar. Panjang dan besarnya perahu harus sama pendayung kora-kora cukup 12 orang, orang yang 13 adalah pengemudi yang tidak lain adalah adik berdua. Bagaimana.
PANDIALANG :
Baik …. Saya terima usul itu, dan maafkan saya tuan Takaengetang.
DALEROSULUNG :
Saya senang menerima usul itu.
TAKAENGETANG :
Bagus saya gembira atas diterimanya usul itu, saya akan segera kembali ke Manganitu menunggu pembuatan kora-kora untuk segera berlomba dan yang menang nanti jadi raja dan yang kalah jadi Jogugu.
PANDIALANG :
Terima kase baginda.
DALEEROSULUNG :
Kami akan mengantar baginda sampai keperbatasan.
TAKAENGETANG :
Ho kerene e …. ( EXIT ).

TUJUH


TEPI PANTAI
WAWU SIA SEDANG LATIHAN TARI GUNDE
OPO INDONE :
( MASUK ARENA SAMBIL TEPUK TANGAN ) Begitu pandai menari kau wawu sia
WAWU SIA :
Aku senang tari ini karena menggambarkan suka duka
OPO INDONE :
Doakan aku dalam perlombaan nanti, agar tidak terjadi celaka dalam diri.
WAWU SIA :
Aku akan berdoa untukmu
OPO INDONE :
Kalau aku kalah
WAWU SIA :
Kalah untuk kebaikan kita
OPO INDONE :
Kalau aku menang
WAU SIA :
Menang untuk cinta. Pergilah mereka sudah menunggumu Indone.
OPO INDONE :
Aku pergi wawu
( MEREKA BERPISAH DENGAN HARU SEMUA EXIT )
MATATIMADE MUNCUL MENEMUI WAWU SIA
Timade :
Pulung, suasana mulai benderang. Cinta cuma bisa berpadu dalam terang ( TERKEKEH ) Ruata telah memanggil raja Takaengetang sebagai Jotulung atau Tuan Penolong.
WAWU SIA :
Ya Upung, raja Takaengetang benar-benar Jotulung.
Timade :
Kau menunggu kekasihmu disini !
WAWU SIA :
Ya, kami berjanji ketemu disini
Timade :
Nyatakan sukacitamu itu dengan kembang ( TERKEKEH ) apa kau tahu pepatah kuno, yang bersemayam dinegeri ini ?
WAWU SIA :
Apa isinya upung
Timade :
Oho … (TERKEKEH ) begini isinya : nyatakan cintamu dengan bahasa bunga, bahasa bunga selalu jadi perlambang cinta. ( MATATIMADE MENGELUARKAN SETANGKAI BUNGA DARI BALIK BAJUNYA ) serahkan bunga ini pada kekasihmu. (EXIT)

 

DELAPAN


ALUN-ALUN ISTANAH. GENDANG PENYAMBUTAN SEDANG BERDENTUM. TAKAENGETANG SEDANG BERDIRI MENANTI DATANGNYA DALEROSULUNG DAN PANDIALANG. DARI LUAR MASUK PANDIALANG DAN PENGIKUTNYA DAN TAK LAMA KEMUDIAN MASUK TAKAENGETANG DENGAN DALEROSULUNG DAN PENGIKUTNYA MEREKA SEMUA BASAH KUYUP
TAKAENGETANG :
Anusembau, kite lewo nanarima seng talentu ruata, kini yang menang dalam lomba ada
lah Dalerosulung dan dia jadi raja. Dan yang kalah adalah Pandialang, jadi jogugu. Baga
imana pandialang ! Saya Takaengetang raja kerajaan Manganitu menjadi saksi semua ini.
Pandialang :
Saya terima kekalahan saya yang mulia Takaengetang.
Takaengetang :
Ada yang ingin kau katakan Dalerosulung?
Dalerosulung :
Saya memang menang dalam perlombaan. Tapi saya baru ingin jadi raja jika adikku Pandialang bersedia bersama-sama dengan saya memimpin kerajaan ini sebagai Jogugu. Istriku mengajarkan apa artinya kekuasaan bagi saya jika dibangun di atas bibit pertentangan. Kata istriku, saya akan gagal jadi pemimpin tanah Sangir jika disampingku masih terdengar jerit kepedihan saudaraku.
Takaengetang :
Bagaimana pendapatmu Pandialang !
Pandialang :
Saya kalah dalam lomba yang bijaksana. Saya sadar Ruata menghendaki Kakakku Dalerosulung sebagai raja. Saya tak berani menentang kehendak Ruata. Saya bersedia mendampingi kakakku memimpin kerajaan ini!
UCAPAN PANDIALANG DISAMBUT SORAK SORAI. MEREKA PUN AKHIRNYA MULAI BERPESTA DAN MENARI-NARI BERSAMA SAMPERE. DI SUDUT YANG LAIN WAWU SIA SEDANG MENCARI OPO INDONE
Timade :
(MENEMUI WAWU SIA) eh… saya tahu maksudmu. Kau sedang mencari kekasihmu kan? Ingat ! katakan cinta dengan bunga.
DARI LUAR MASUK OPO INDONE YANG BASAH KUYUP
OPO INDONE :
Wawu sia aku menang….aku menang …..
WAWU SIA :
Opo Indone ……..
ADEGAN SELANJUTNYA ADALAH PERTEMUAN YANG MENGHARUKAN YANG DISAKSIAKAN OLEH SEMUA PEMERAN.

Tamat.
Iverdixon Tinungki
1984

Tidak ada komentar:

Posting Komentar