Jumat, 05 Juli 2013

Pnt. Welly Areros (Seri Tokoh Gereja Manado Utara)



oleh: Iverdixon Tinungki

Pnt. Welly Areros adalah salah satu tokoh utama perintis jemaat Gunung Hermon. Profesinya sebagai pelaut ditinggalkannya ketika dia terpilih menjadi Pelsus jemaat Nasaret Tuminting sampai dia tepilih sebagai ketua jemaat Gunung Hermon pada 20 Maret 2000. Banyak tawaran untuk bekerja di laut tapi ia lebih memilih untuk menjadi sopir agar dapat terus melayani jemaat.
Dilahirkan di Siau, 20 Januari 1945. Menikah dengan Florensi Tumbio dan dikarunia tiga orang anak yakni: Jarto Joseph Areros, Khristina Maria Areros, Kristianto Yohanes Areros.
Latar belakang hidupnya yang lama berkecipak di dunia laut telah membentuk karakter pribadi yang kokoh dalam mengarungi gelombang kehidupan dan riak pelayanan di ladang Tuhan. Ia bersama dengan perintis lainnya dipandang sebagai pribadi-pribadi yang berpendirian teguh merintis dan membangun jemaat Gunung Hermon walau dihadang sejumput permasalahan yang bertabur  suka duka.

Generasi Jemaat Gunung Hermon mula-mula  hingga kini masih lekat dengan  ciri khas sosok Welly Areros yang tidak dapat dilupakan ketika bekerja bakti ia selalu memakai helm kuningnya. Begitu juga ketika ia memikul “nasi jaha” berjualan untuk pengadaan dana pembangunan jemaat, helm kuningnya selalu dipakai.
Salah satu kebiasaan buruk yang mengancam kesehatannya yaitu kebiasaan  menegak  minum alkohol. Ini merupakan kebiasaan lama yang masih lekat sejak masa-masa ia bekerja sebagai Kapten Kapal. Tapi bagi mereka yang begitu mengenalnya,  beliau dipandang sebagai sosok yang mampu membawa orang-orang peminum alkohol yang begitu jarang ke gereja menjadi rajin ke gereja, bahkan bapak-bapak inilah yang begitu rajin kerja bakti untuk pembangunan Gereja.

Prioritas Lahan Pekuburan
Sebagai ketua jemaat pertama Pnt. Welly Areros mematok program prioritas utama yang dipandangnya sangat dibutuhkan jemaat pasca jemaat itu diresmikan menjadi jemaat otonom yakni pengadaan lahan pekuburan. Hal tersebut diprioritaskan karena banyak orang yang pada awalnya ingin bergabung dengan jemaat Gunung Hermon tapi ditakut-takuti oleh oknum tertentu karena tidak adanya lahan pekuburan membatalkan niatnya untuk bergabung. Ketika itu ia mengungkapkan hal yang paling menyakitkan hatinya yakni ketika orang-orang menyidirnya dengan berkata,  “jemaat Gunung Hermon apabila meninggal mayatnya terpaksa harus dibakar”. Maka dalam mengawali pelayanannya prioritas utama yang ia lakukan adalah mengusahakan lahan pekuburan.
Untuk mengupayakan pengadaan lahan pekuburan itu, ia bersama dengan bapak Roy Malamtiga datang ke rumah Bpk. Drs. Welly Sambalao, MBA bermohon untuk mendapatkan lahan pekuburan bagi jemaatnya yang baru berdiri itu. Dan beliau sangat bersukacita karena keinginan jemaat boleh dinyatakan Tuhan melalui Bpk Welly Sambalao yang dengan suka rela menyerahkan sebidang tanah miliknya menjadi lahan pekuburan jemaat Gunung Hermon.

Pergi Dalam Perlindungan Tuhan
Pada bulan April 2000 Pnt. Welly Areros  memulai pelayanannya sebagai Ketua Jemaat Gunung Hermon. Namun hanya dalam kurun waktu April – Desember atau hampir 1 tahun beliau menjalankan tugas pelayannannya dengan baik. Pada awal Januari beliau jatuh sakit gejala stroke.Ketika Bpk. Roy Malamtiga membawa undangan untuk ditanda tangani, beliau sudah sangat sulit untuk menandatangani surat tersebut.
Banyak usaha yang dilakukan untuk kesembuhannya, jemaat sangat menginginkan kesembuhan beliau bahkan ketika sakit jemaat selalu datang berdoa dan berharap kesembuhannya. Tapi kehendak Tuhan lain dengan kehendak manusia. Pada tgl 16 April 2001 beliau meninggal dunia. Kepergiannya disambut duka yang mendalam segenap warga jemaat Gunung Hermon. Mereka merasa kehilangan seorang perintis dan pendiri jemaat yang telah memberikan segenap waktu hidupnya bagi terwujudnya sebuah jemaat di atas bukit meski harus berhadapan dengan segala tantangan dan persoalan yang terasa ikut menyakitinya.
Tak ada pesan dan kesan yang disampaikn beliau pada penulis tapi ada secarik kertas yang digoreskan tangannya ketika sakit yang didapat oleh keluarganya setelah beliau meninggal:
“Orang yang duduk dalam lindungan yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada Tuhan: “Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku Allahku yang ku percaya.” Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepakNya IA akan melindungi engkau, dibawah sayapNya engkau akan berlindung, kesetiaaNya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan didalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk diwaktu petang. Walau seribu orang rebah disisimu dan sepuluh ribu disebelah kananmu tetapi itu tidak akan menimpamu. Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik. Sebab Tuhan ialah tempat perlindunganmuYang Mahatinggi yang telah kau buat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu sebab malaikat-malaikatNya akan diperintahkannya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu. Singa dan ular tedung akan kau langkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga. Sungguh hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, sebab ia mengenal namaKu. Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab, aku akan menyertai dia dalam kesesakan. Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari padaKu. Mazmur 91 : 1-16”.

Tulisan ini yang begitu mengguggah hati jemaat, dan mungkin ini adalah kesan terakhirnya. Semasa hidupnya keluarga dan jemaat sangat tahu bahwa beliau sangat menyukai pembacaan dalam Maz 91: 1-16 yang berperikop “Dalam Perlindungan Tuhan”. Itulah sesungguhnya pesan terakhirnya untuk jemaat yang begitu dikasihinya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar