Kamis, 04 Juli 2013

TERATAI DANAU MAKALEHI (Puisi Iverdixon Tinungki)



bila hamparan teratai ini begitu indah
mungkingkah surga berwarna jingga
memantulkan gema gelombang danau
ke rimbun dedaunan kapuk sebentar lagi lapuk

bungabunga dan daun  akan susut
seperti hidup punya waktu lisut
yang terhampar abadi bagai surga
adalah warna kenangan melampau usia


sejak dulu orang pulau menitipkan penat keringat di sini
sesekali membasuh pedih hingga akar teratai  menjadi gemuk
oleh kisah saman dipenuhi sayatan. Luka lalu, kini dan masa depan
mungkin sudah sedemikian dalam tergenang
hingga teratai menawarkan pemandangan makam


dalam sejarahnya danau ini mungkin kumpulan air mata
turun dari puncak Singgalawo dan delapan pucak
mitos laga Onding menyergap bajak laut
burung Kemba piawai mengintai ikan tak lupa meniti
cabang cabang sejarah bersurai bagai lelaki rentah

aku mendengar sayup dengus nafas berkecamuk
orangorang itu, terbatabata berjalan mengelilingi danau
sambil melihat teratai tumbuh bagai selendang
terjurai di kaki abad yang selalu mengenakan jubah hitam

pepohonan yang tegak pun kedinginan
menyaksikan air danau
sebegitu tua menyimpan tangisan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar