Jumat, 05 Juli 2013

SEJARAH GEREJA GUNUNG HERMON TUMINTING (5)



OLEH: IVERDIXON TINUNGKI

V. PERIODE KETUA JEMAAT KEEMPAT
(2003-2009)

V.1. Pdt. Ransun Palansalaeng, STh
Setelah masa kepemimpinan PJS Ketua Jemaat Pendeta J.J. Lontoh, STh, pada tanggal  1 Maret 2003  Pendeta Ransun Palansalaeng, STh sesuai SK BPS Sinode GMIM ditempatkan di Jemaat Gunung Hermon sebagai Ketua Jemaat. Ketua jemaat keempat ini bertugas kurang lebih 6 tahun hingga tahun 2009.
Pendeta Ransun Palansalaeng, STh lahir di Manado, 13 Februari 1968. Menikah dengan Jhoni Ransun dikaruniai tiga orang anak Regina Ransun, Refin Ransun, Ritna Ransun.
Ketika tiba di Gunung Hermon Pendeta Ransun Palansalaeng, STh  metetapkan Visi Misi pelayanannya bagi jemaat di atas bukit itu yakni: “Menjadikan Jemaat Yang Misioner”.
Komitmen misiologis gereja yang diterapkannya itu tentu tak lepas dari prinsip utama yang harus dipegang yaitu Amanat Agung Yesus Kristus dalam Mat. 28: 19-20:
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”


Prinsip ini adalah hal yang tidak boleh ditinggalkan dalam sebuah komitmen misiologis gereja. Ada dua hal yang menjadi penekanan dalam ayat tersebut, yaitu:
1.      “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus,” yang merupakan ajakan supaya gereja bergerak ke luar dari lingkarannya, ke dalam dunia yang lebih luas untuk menjadilah semua bangsa murid Yesus dengan cara membaptiskan mereka. Membawa jiwa-jiwa untuk mengenal Yesus, dalam hal ini dalam kaitannya dengan Bapa dan Roh Kudus.
2.      “Ajarlah mereka melakukan …” yang merupakan perintah untuk tidak hanya sibuk mencari jiwa, tetapi bagaimana membawa jiwa-jiwa yang mengenal Yesus itu untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Yesus, yang tak lain adalah seluruh karya Yesus di dunia, yang pada akhirnya membawa pengerucutan pada kata kasih. Kasih yang tidak murahan tetapi kasih yang pemurah itu.
Berbicara mengenai gereja yang misioner sebenarnya adalah berbicara mengenai  bagaimana gereja bisa memenuhi komitmen misiologis yang terkandung dalam Amanat Agung tersebut. Bagaimana prinsip yang terkandung dalam Amanat Agung itu sepenuhnya diwujudkan, tetapi dengan metode yang kontekstual, metode yang menghargai keragaman konteks di mana Injil itu akan disebar. Sekali lagi  perlu mendapat penekanan yang cukup tegas di sini, prinsip dan metode tidak bisa serta merta dicampuradukkan.
Pendeta Ransun Palansalaeng, STh  sebagaimana kesaksian beberapa anggota jemaat Gunung Hermon, selalu percaya bahwa doa adalah hal yang utama yang harus dilakukkan jemaatnya dalam membangun jemaat yang senantiasa terbelit konflik ini. Untuk itu ia meluncurkan program ibadah Senin berdoa bagi jemaat yang dipimpinnya.
Disisi lain terjadi permasalahan dalam rumah tangganya. Ia pernah bercekcok di pastori dengan suaminya dan dilerai oleh Pelsus dan sebagian anggota jemaat. Percokan itu membuat ia dan suaminya sempat bepisah, tapi kemudian rukun kembali.
Diakhir pelayanan banyak terjadi permasalahan. Tidak ada kecocokan dengan bendahara mengenai keuangan. Diakhir pelayanan pernah memegang keuangan jemaat. Beberapa Pelsus ke Sinode berkonsultasi mengenai pelayanan beliau. Dalam masa pelayanan 6 tahun akhirnya ia harus meninggalkan Gunung Hermon untuk tugas di tempat pelayanan yang baru.
Ia sangat terkesan dengan semangat kebersamaan jemaat Gunung Hermon. Rapat-rapat majelis yang sering bercekcok tapi membawa pertumbuhan bagi jemaat. Pesannya, lanjutkan kebersamaan dan utamakan doa dalam segala hal.

V.2. Enam Tahun dalam Keberhasilan
Banyak keberhasilan yang dicapai Pendeta Ransun Palansalaeng, STh selang 6 tahun era kepemimpinannya selaku ketua jemaat Gunung Hermon. Program PBTK  cukup berhasil dilaksanakan. Di bidang sentralisasi, Jemaat Gunung Hermon mendapat rangking ke 7 tingkat Sinode. Di jemaat Gunung Hermon pun beliau ditetapkan menjadi pegawai organik Sinode. Konsistensinya dalam melayani terbilang berhasil.
            Kurun lebih 5 tahun sejak diresmikannya Jemaat Gunung Hermon sebagai jemaat otonom pada 12 Maret 2000, muncul gagasan membangun gedung gereja permanen untuk menggantikan bangunan kanisah kedua yang dibangun pada 12 Juni 1999, Kanisah kedua dibangun di atas bekas reruntuhan Kanisah pertama , dengan peletakkan batu dasar dalam sebuah ibadah yang dipimpin Pdt. J.Lontoh, STh selaku Ketua BPMW Manado Utara II.
Gagasan membangun gedung gereja permanen yang dilontarkan Pendeta Ransun Palansalaeng, STh langsung disambut antusias jemaat dan para Pelsus. Untuk merealisir tahapan pembangunan itu, di era kepemimpinan Pendeta Ransun Palansalaeng, STh tercatat terjadi  3 periode pergantian Panitia Pembangunan yakni Panitia Pembangunan tahap pertama, Ketua Pnt. W. Lahengking, Sekretaris Bpk. J. Kampong, Bendahara Sym. A. Adrian.
Panitia Pembangunan tahap kedua, Ketua Bpk. Otniel Malamtiga, Sekretaris  Sym. Roy Malamtiga, Bendahara Sym.  A. Pontoh. Sedangkan Panitia Pembangunan tahap ketiga, Ketua Pnt. A. pontoh, Sekretaris Sym. Roy Malamtiga, Bendahara Bpk. Marfel Malamtiga.
Panitia Pembangunan tahap tiga melaksanakan tanggungjawab pelaksanaan pembangunan hingga ke era kepemimpinan Pendeta Fonny Welmina Mamanuah, STh. 
Capaian pembangunan gereja permanen di masa Pendeta Ransun Palansalaeng, STh mencapai 30 persen. Sumber dana berasal dari  dana tanggung jawab keluarga Rp.10. 000 per  minggu. Selain itu dari aksi penjualan makanan, sumbangan dari pejabat, Caleg, dan pemerintah Kota Manado.
Sementara warga jemaat juga melakukan aksi kerja bakti. Sumbangan dari anggota jemaat baik dana dan tenaga sangat besar. Untuk tenaga tukang ada pembayaran tapi terbilang kecil.
 Banyak usaha-usaha pendanaan melalui panitia dan bantuan untuk pembangunan gereja permanen diupayakannya. Upaya awal pembangunan gereja permanen ini dilaksanakan  dalam masa pelayanan tahun 2005-2010.
 Pendanaan pembangunan selain menyerap anggaran dari swadaya anggota jemaat Gunung Hermon, juga melibatkan sejumlah donatur dari luar jemaat sebagaimana tercatat dalam buku register penyumbang pembangunan Gereja Gunung Hermon, diantaranya:

1.Bpk Welly Sambalao
2.Bpk Iverdixon Tinungki
3.Bpk Alfrets Sambalao
4.Bpk Frangki Golose
5.Bpk Victor Mailangkay
6.Bpk Ir Lucky Korah
7.Bpk Vicky Lumentut
8.Harley Mangindan
9.Bpk Wempi Frederik
10.Ibu Meifa Salindeho
11.Bpk Winsualangi Salindeho
12.Bpk Drs Dolfi Tanor
13.Ibu Telly Tjangkulung
14.Ibu M Kokomole
15.Pemuda Sion
16.Bpk Ir Marhany Pua
17.Bpk Agustinus Tahendung
18.Bpk Pdt Junni L Boto
19.Bpk Steven Sapulete
20.Bp Ir Roy Roring
21.Kel Suroji Suwito
22.Kel Kewo Singkoh
23.Ibu Lis Karlos


 V.3. Struktur Pelayanan 2005-2010

Pelsus Kolom:
Kolom 1:       Pnt. Alfianus Pontoh
Sym. Marfel malamtiga
Kolom 2:        Pnt. Welly Lahengking
Sym. Roy Malamtiga

Badan Pekerja Majelis Jemaat :
Ketua :           Pdt. Poula Puansalaing, Sth
Sekretaris:     Pnt. Roy Malamtiga
Bendahara:   Pnt. Alfinus Pontoh

Komisi BIPRA
Ketua PKB:  Pnt. Fredik Wadja
WKI:              Pnt. Cristina Areros
Pemuda:       Pnt. Deddy Wadja
Remaja:        Pnt. Elfianus Dili
ASM:             Pnt. Maria Areros

Tidak ada komentar:

Posting Komentar