Kamis, 04 Juli 2013

RENUNGAN LEMBAH (Puisi Iverdixon Tinungki)



di Tagulandang senja membawaku pemandangan lembah
bukan lembah biasa berupa hamparan pepohonan
lembah ini hati petani nelayan dilebati ketabahan
menebas semak gelombang dipenuhi karat

dimanamana ketemukan  wajah mereka asin sekristal garam
mengasinkan celacela cabang pepohonan Daihango yang menyelinap
ke benak menjejar dedaunan di sepanjang jalan
dimana bayangbayang orang desa mencari pulang


para leluhur sesungguhnya telah membuat peta kehidupan
agar nafas mereka merekah
tapi udara selalu terlalu kelabu menerkam silsilah leluhur
membuatnya tertidur di atas jejak perahu dulu tegar bertempur

lalu hujan seharum hutan dengan kisah musim bunga putih
berkata; semesta seri itu bukan saja milik melati, kenanga
dan Elang yang bisa menjelajahi dan meraih langit tertinggi

anakanak desa di sini juga punya riang menangkup desau angin
menangkap gerisik dedaunan seperti notasi
ketika bumi bernyanyi, mereka itu penari
hingga malam tiba mereka lupa jalan menuju mimpi

burungburung juga seperti angin tak lupa hinggap mencadainya
mencericiti senja yang tak luput berbagi sinar terindah
warna kemuning mendenyar hingga ke dalam doa
dikayuh menuju ladang samudera  di dada mereka
yang terus mendebur tak pernah diam

dari tebing pulau pun kulihat laut luas melukisi cekukan sejarah  
warna gelombang. bau Salak manis dan sepat mengaduk ingatan
pulau indah ini terbentuk dari kisah airmata menjadi delta
dalam dongengan yang kini menjelma keseharian orangorang
sigap bertarung melawan kesulitan kemustahilan
memanjang di kesunyian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar